Sabtu, 29 November 2008

Captain Ngambek

Musim haji musim suatu fenomena tersendiri di bandara, kesibukan dari petugas lapangan, operasional hingga manajemen pun kalang kabut, apalagi penumpang, terlebih pengantar berjibun. Suasana bandara yang terkesan elit hilang menjadi kumuh dengan sampah yang berhamburan padahal peristiwa ini sudah diantisipasi pihak bandara dengan mengerahkan pasukan khusus pengontrol kebersihan akan tetapi tetap saja out of control, terlebih lagi parkir bandara jadi tambah semrawut walaupun sudah ada tanda dilarang "P" tetap aja pengunjung parkir sembarangan. Padahal penumpang yang berangkat haji satu-dua orang tapi yang nganter mungkin warga sekampung, he...he...he...

Keadaan normal dengan penerbangan yang biasanya sudah bikin kepala pusing harus ditambah pusingnya dengan kesibukan pelayanan embarkasi haji. Apalagi pesawat yang digunakan untuk haji sejenis Boeing-767, pesawat yang tergolong jumbo, karena jarang sekali pesawat ini mendarat kecuali ada aktifitas haji. Bukannya apa-apa tapi badannya yang tambun memenuhi apron bandara yang hanya mampu menampung 3 buah pesawat sejenis Boeing-737, alhasil jika pesawat 767 berada di apron sisa bandara tinggal 1,5 untuk ukuran pesawat B-737. Padahal penerbangan menuju bandara kami rata-rata maskapainya menggunakan jenis B-737. Untunglah Angkatan Udara bersedia membantu, dan meminjamkan terminalnya sehingga proses bongkar muat pesawat B-737 bisa dilakukan disana.

Tugas kami adalah mengawal penerbangan, berhubung kesibukan di bandara King Abdul Aziz padat juga terpaksa penerbangan untuk ke Indonesia harus mengikuti jadwal mereka. Seringkali pesawat datang tidak sesuai jadwal dari biro haji. Oleh karena itu kami memutuskan untuk stand bye di bandara 24 jam. Benar saja, bahwa tidak sekali dua kali pesawat haji ini datang jam dua malam. Dan tentunya pelayanan yang diberikan bandara tidak begitu sempurna.

Suatu ketika pesawat jenis B-767 mengontak tower hendak mendarat rupanya mereka melakukan direct flight dari Jeddah, namun pesawat ini hanya digunakan untuk stand by unit yang postnya di bandara kami, dan parahnya penerbangan ini tidak terjadwal tapi approval dan clearance terbang sudah mendapat Acc dari pusat, kami apa boleh buat.

Jam 3 subuh mereka landing dengan selamat, tugas ATC hanya memandu mereka hingga parking way untuk selanjutnya urusan ground handling termasuk crew handling yang menangani pesawat.

Untuk pelayanan haji bandara memang harus dijadikan ekstra gold, tapi urusan crew pesawat tentunya diserahkan ke maskapai masing-masing, kecuali maskapai tersebut memiliki ikatan kontrak dengan bandara untuk pelayanan yang satu ini.

Tanggung jawab kami selesai, hingga pesawat parkir dan engine off pun kami lakukan secara prosedural. Seketika crew pesawat hendak menuju ruang tunggu yang jauhnya hampir dua kilo meter jemputan dari maskapai tidak datang-datang.

Sekian lama menunggu Captain Pilot, Pilot, teknisi dan pramugari sebagai awak pesawat memutuskan untuk jalan kaki saja. Sekitar sepuluh menit mereka jalan sambil membawa tas khas pilot dan pramugari barulah jemputan dari maskapai datang. Namun Captain pilot tetap bersikeras untuk tetap jalan kaki (bisa dikatakan ngambek), padahal teknisi dan pramugari kepengen aja naik jemputan namun karena Captain-nya ogah otomatis mereka juga ngikutin pimpinan...

Maklum sang Captain dan Co-Pilot berkebangsaan Inggris jadi ego-nya agak tinggi, ngambeklah dia. Padahal petugas ground handling yang hilir mudik sempat menyambangi mereka untuk memberikan tumpangan namun terhalang oleh ego sang Captain.

Kami dari menara pengawas sempat bingung kenapa mobil jemputan maskapai berjalan lamban, padahal jalur itu merupakan jalur cepat, setelah dicermati ternyata mereka menggiring awak pesawat yang sedang ngambek berjalan kaki menuju hall utama (masya allah) ....ha...ha....ha..

Kesalahan memang boleh terjadi namun ada toleransi, jika dipikir lebih dalam sebenarnya semuanya salah. Kenapa maskapai tidak memberitahukan terlebih dahulu jadwal yang konkret sehingga pihak bandara bisa mempersiapkan segalanya. Terlebih lagi sang Captain seharusnya tidak begitu arogan, tapi menurutku hal itu baik juga bahwa di luar sono yang namanya pelayanan mesti pro. Lagian kan tuh bule harus jalan kaki juga kan kakinya kaku setelah menempuh perjalanan 10 jam, dudu.....k melulu pegel juga tuh pantat.

nyang punya foto bang Nurdin

sangar

bersama kembaran

registrasi terpatri di jidat

terlihat anggun nan menawan

robot apa yak...??

dapur pacu

cek...cek..collang...calling...


dah dulu ya, mau nganter tamu Allah dulu nih...laabaik allahumma labaik....