Rabu, 30 Juli 2008

Police Academy


POLICE ACADEMY
Participant to
Visit Indonesia 2008
and Celebrating 100 Years
Indonesia Awakening



Alex in action, mengendarai mobil dengan dua roda samping dan mundur....wow



Alex dan ATV



2 wheel side by side



standing on
semoga bangsa kita mampu memiliki semangat seperti para stuntman di atas, demi mengibarkan merah putih di segala penjuru dunia...

Return To Base

Scorpio Z 225 cc buatan tahun 2005 ku geber melaju kencang sekitar 60 km/jam di jalanan yang agak lenggang, maklum masih pagi, ½ jam saja aku lebih lambat dari sekarang jalan tidak akan selenggang ini. Aku sedang menikmati perjalanan ku sambil menghirup udara mumpung masih terasa segar. Sudah lama udara sesegar ini tidak kuhirup secara nikmat sambil berolah raga, kenapa?? Karena jadwal piket ku di bandara selalu mengharuskan aku pagi-pagi sekali sudah berada di bandara.

Tambah kecepatan motor, beradu cepat dengan pedagang sayur dan ikan segar yang mengejar pasar pagi ternyata bangunku selama ini masih kalah dengan mereka yang harus bangun lebih pagi mungkin sebelum adzan subuh dan mengambil bahan dagangan di kebun sayur atau tambak yang jauhnya puluhan kilo meter (masya allah), aku masih beruntung bisa molor hingga ayam tetangga membangunkanku, masih bisa sholat subuh memohon pada yang kuasa…

Bandara tinggal beberapa menit lagi handphone di kantong celana kiri bergetar, akan tetapi aku males menjawab panggilan itu, aku sedang menikmati perjalananku, masa bodoh dengan handphone.

Di parkiran aku jadi penasaran dan segera melihat handphone, siapa kah yang menghubungiku sepagi ini? Kulihat missed call dari Mirwan, temen seperjuangan di navigasi, ada apa gerangan?

“Hallo ada apa Wan?”
“Eh lo dari tadi gue call ga ngangkat-ngangkat, udah lihat surat tugas yang gue kirim kemaren belon???”

“Belum emangnya ada apa???”

“Lihat aja dulu mungkin masih di administrasi nanti konfirmasi ke gue lagi…dah dulu deh gue mau apel pagi nih…bye”

Aku juga baru sadar bahwa aku harus apel pagi.

* * *

Bubar apel pagi tanpa menghiraukan sarapan pagi di café wokk aku langsung ke meja kerja. Map warna hitam bertuliskan priority dikirim oleh Mirwan dan kupelajari surat tugas tersebut dan ternyata Alhamdulillah tugas backup support untuk sementara waktu menggantikan petugas yang berhalangan di Warukin, berarti pulang kampung nih, jarang-jarang bisa pulang dengan jadwal kerjaan yang menuntut dedikasi tinggi akhirnya aku bisa pulang ke kampung halaman.

Pulang kampung dalam urusan dinas dan pulang tidak mengeluarkan biaya sepeserpun karena ditanggung oleh dinas ha…ha…ha…. Dalam benak aku sudah berpikiran masih adakah semak Karamunting di sekitar bandara?? Dan burung Punai yang beterbangan crossing runway??

Kubaca lagi Surat Tugas untuk lebih meyakinkan hati, ternyata disana tertulis Duty Call untuk dua orang, lalu siapakah petugas yang akan menemaniku pulang kampung??

“Wan..!, DCM (Duty Call Memo) dah gue terima tapi disana kan tertulis dua orang, emang lo ngirim sapa lagi?”

“Gue juga kurang tau, tapi lo ntar jam sepuluh jemput dia di terminal domestik, pake PDL (Pakaian Dinas Lapangan), culik aja, OK..!”

“Tapi namanya siapa?? Pake penerb…???” Tut…tut….tut….boro-boro minta jawaban dari kunyuk satu ini, pertanyaanku aja belum selesai dah di-cut. Bangke…!!!

Wah aku dikerjain Mirwan, walaupun pangkat sama tapi jabatannya di pusat lebih tinggi jadi bisa main perintah, “sayang lo atasan gue, kalo ga gue timpuk….pitak lo” Dalam hati aku memaki-maki.

Informasi rekan yang piket di tower bahwa jam sepuluh ada Garuda dari Jakarta, aku pun nunggu di gate.

Akhirnya pesawat yang ditunggu mendarat dan satu persatu kuperhatikan penumpang yang keluar ternyata tidak ada yang pake PDL. Dari radio HT kudengatr petugas GSE (Ground Support Equipment) mengatakan petugas yang dimaksud "menggunakan PDL" dijemput mobil executive class Garuda.

Buru-buru berlari menuju ujung terminal di Garuda Lounge, dengan bingung sambil menanyakan kepada petugas di situ dan mereka tidak ada yang mengetahui. Seseorang menepuk punggungku dari belakang,

Susah ya mencari petugas menggunakan PDL?” Kulihat kebelakang ternyata Mirwan.

“Eh lo ngerjain gue, bangke….!!, kalo tau orang itu lo gue ga bakal jemput…kampreeeeet…” sumpah serapah ku keluar ha…ha…ha....ha...sebenarnya sudah lama sekali aku tidak pernah tertawa sepingkal ini.

“Sekarang kita impas tadi pagi lo gue telpon ga ngangkat-ngangkat hayoooo…..by the way kita siang ini sudah harus berngkat ke Warukin besok kita sudah mulai dinas”

“Beres Captain” Akhirnya Mirwan pulang kampung juga, kami berduet lagi, inilah saatnya dua putra daerah pulang kampung untuk menjalankan duty call.

“Eh Ri..!, what U think about this job?”

“Just walk in park, Smookey” Istilah untuk pekerjaan mudah.

“Emang lo aja yang mau pulang kampung pake uang dinas? Gue juga pengen…!!!, Take ur gears up, Let's go RTB Capt.” (RTB=Return To Base).

Rabu, 23 Juli 2008

Morning activity...

Pagi - pagi sekali aku berangkat ke kantor tanpa menghiraukan dinginnya embun dan gerimis hujan di pagi itu walaupun menusuk ke tulang tak sedikitpun menyurutkan niatku untuk ngantor.

Hari itu sama seperti hari biasanya, setiba di kantor aku langsung menuju café, “Café Wokk”. Cafe yang memiliki nama aneh konon katanya insan penerbangan yang bekerja di sini sering beristirahat di café tersebut, Café diambil dari kata “CAPE” alias letih sedangkan kebetulan disana juga tersedia bevearage berupa kopi yang khas, Wokk diambil dari kata berkerja “Work” dan faktor lain yang menyebabkan kata Wokk digunakan pada café ini dikarenakan sering sekali para penerbang dari Negara Eropa yang singgah menyempatkan untuk menyeruput kopi khas made in Café Wokk dan mereka rata-rata punya brewok. (ha…ha…ha…..sesuatu hal yang lucu…)

Hampir satu bulan belakangan ini aku selalu dapat shift untuk melayani penerbangan pagi. Setiap pagi itulah aku melewatkan sarapan pagiku di café Wokk. Pemandangan yang tak beda pun selalu menjadi teman santap pagiku.

Pak Irwan security bandara selalu sarapan pagi dan mengambil meja dekat pintu sambil memainkan puntung rokok, meja dekat pintu hanya sebagai alasan untuk mudah memonitor ke luar sana padahal sarapan hanya roti isi omelet plus minuman hangat teh atau kopi tapi lima-enam batang rokoknya sudah dihisap…..really perfect aliby.

Lelaki paruh baya dikenal dengan Pak Sudin anggota cleaning service yang selalu mengumbar kata salam dan ucapan selamat pagi yang tulus kepada siapa pun yang dilewatinya, dengan kemurahannya memberikan salam kepada siapapun tak pernah kulihat muka beliau dalam keadaan stress, selalu ceria dan bersinar. Suatu hari pernah sebelum beliau mengucapkan salam kepadaku tapi langsung kujawab “Wa alaikum salam pak Sudin, selamat pagi dan selamat bekerja”, beliaupun langsung tertawa. Mulai dari situ kami sering tegur sapa.

Di sebelah barat nampak Astri anak pelayan café mengenakan seragam sekolah biru putih nampak memainkan pulpen dengan secarik kertas bahkan buku-buku tebal di tangan satunya. Kulihat sikap menunjukkan kecerdasan pada anak ini, nampaknya dia berusaha mengulangi pelajarannya di sekolah karena tidak sempat belajar demi kesibukkannya membantu ibu di café. I wishing succesfull for you…

Sekitar satu minggu yang lalu Astri terlihat dari kejauhan sudah cengengesan berjalan mengarah ke mejaku, meletakan buku pegangannya seperti membanting namun agak sedikit lebih lembut tepat di atas meja ku, Masih dalam keadaan cengengesan

"Om tugas bahasa Inggris-nya susah banget niiih….bantuin bikin transitive caluse dooong” Astri merengek-rengek.

Robert petugas garbarata, tidak pernah lepas dengan koran yang terselip di kantong belakang celana sebelah kanan sedangkan sebelah kirinya terselip dompet yang menyembul dan sebuah sisir mini, dengan karakteristik seperti ini dari kejauhan pun dia sudah bisa dikenali tanpa harus melihat tampangnya terlebih dahulu.

Sugeng seorang dispatch maskapai penerbangan domestik selalu tidak pernah ketinggalan menonton breaking news pagi di televisi dengan gaya yang khas berdiri di koridor sambil menggerakkan tangan ke kiri dan ke kanan seolah-olah senam.

Namun pemandangan pagi ini kulihat agak beda dari biasanya, seseorang agak tua dariku berpakaian agak santai nampaknya penumpang yang hendak berangkat pagi ini. Duduk berseberangan denganku namun agak jauh sekitar beberapa meja, mukanya nampak kusut nampaknya adalah masalah berat yang baru dihadapinya.

Tidak sengaja aku terlalu dalam memperhatikan orang ini dan akhirnya aku tertangkap mata olehnya, langsung kulempar senyum dengan mengganggukkan kepala sambil mengangkat cangkir kopi dan menawarkannya dari jarak jauh. Dia pun tersenyum walaupun terlihat pahit dan kuperhatikan bahasa bibirnya seperti mengucapkan “thank you”.

Tidak lama kemudian datang dua orang berseragam militer satu berpangkat Mayor dan satunya lagi mungkin ajudannya dengan pangkat Letnan menghampiri orang itu. Sang Mayor mendekati dan berbicara seperti membisikkan sesuatu ke telinga orang tadi dan memberikan secarik memo. Entah apa yang mereka bicarakan yang jelas muka orang tadi menjadi memerah sambil menunjuk-nunjuk kertas memo yang tergeletak di atas meja. Lalu dengan muka menyesal dan menunjukkan sikap seperti takut dengan orang tadi, tidak lama kemudian kedua perwira beranjak pergi dengan memberi hormat dulu sebelumnya.

Setidaknya orang yang duduk di seberangku itu adalah seorang “pamen” (Perwira Menengah) di jajaran militer yang sedang bebas tugas bisa juga sedang cuti namun ada sesuatu hal yang tidak dinginkan terjadi dan kita tidak mengetahuinya.

Perasaan ingin tahu ku siapakah sosok ini tidak dapat kulanjutkan, radio HT yang kubawa terdengar berisik menanggil callsign ku "10 November...10 November, tower sight smoke close runway 27 left", yah ada asap di ujung runway...KEBAKARAN.....KEBAKARAN....

Minggu, 20 Juli 2008

Dulunya pramugara

Cassa
Cassa 212 buatan Italia, namun atas berkembangnya SDM Indonesia yang haus akan teknologi modern akhirnya pembuatan Cassa bisa dilaksanakan di Indonesia dengan lisensi pada saat itu IPTN (sekarang PT. DI), bentuknya sedang dapat beroperasi pada landasan perintis dengan panjang minimum 800 meter, mampu membawa muatan sekitar 15 orang dan mengangkut beban hingga 2 ton,
diawaki oleh 4 orang yang terdiri Captain Pilot, Co-Pilot, Flight Engineer (FE) dan Pramugara, terkadang FE juga merangkap pramugara.

Pramugarinya mana???
Ada aja tapi untuk pesawat ini masih tidak diperlukan toh yang dibawa orang biasa saja, kecuali muatannya itu VIP seperti (komisi V DPR-RI, Menteri Pemerintahan, de-el-el)...

Dulunya Pramugara...
Seperti hal biasanya menunggu di ATC dan berkomunikasi dengan awak pesawat, kudengarkan logat Co-Pilot yang mengontak terasa tidak asing bagiku...
Setelah request for landing dan pesawatnya diparkir di apron, namun sebelumnya dalam komunikasi selama di udara yang lalu dia menyatakan ingin sekali bertemu denganku,
Pilot : "Im very eager to see you on the ground, Sir, Thank You..!"
aku : "It's pleasure for me, happy landing, Captain". aku pun membalas komunikasi itu. Aku pikir disinilah hubungan baik antara awak pesawat dengan ATC jadi aku merasa biasa saja.

Tamu baru, kupikir !, kenapa gerangan dia ingin ketemu denganku? Dengan semangat kudatangi dia di apron.
sambil berjalan menuju pesawat kulihat seorang pilot keluar dari pesawat dan sambil melihatku sambil terseyum, aku belum bisa mengenalinya dengan tampilan kaca mata gelap dan menggunakan topi, siapakah dia???

Sambil menyalami aku dan tertawa kecil
"Jangan pangling ini saya Rinto, dulukan saya pernah RON dan menginap di rumah situ"
Masih dalam keadaan bingung, "Rinto mana yah?, Sumpah Gue lupa nih".
Dia pun melepaskan kaca mata dan akhirnya aku baru mengingat dan mengenalinya...
Sesuatu yang miracle, Rinto memang dulu pernah menginap di rumahku pada saat membawa tamu perusahaan dan pesawat harus RON (Rest Over Night) istilah pesawat untuk bermalam, namun pada saat beberapa tahun yang lalu itu dia hanya Pramugara tapi sekarang Rinto sebagai awak pesawat yang mengenakan dasi dan ada 3 strip / band di pundak kanan dan kirinya berwarna kuning, sekarang dia co-pilot, bukan pramugara lagi!
Alangkah senangnya melihat kesuksesan seorang pramugara meniti karir menjadi penerbang.

Kami banyak bercerita panjang lebar di waktu yang sangat sempit sambil menunggu bongkar muat barang di bagasi, Pantas saja sekitar beberapa tahun belakangan ini dia jarang kelihatan ternyata dia menempuh pendidikan penerbang, Rinto menceritakan perjalanan karirnya,
"Saya menghabiskan biaya 400 juta rupiah untuk jadi penerbang",
400 juta rupiah dikumpulkan dari honornya menjadi pramugara hingga akhirnya bisa meraih predikat Co-Pilot, 400 juta tidaklah murah pada saat itu dimana harga 25 rupiah masih berarti dan masih bisa digunakan untuk membeli 2 biji permen...!!

Rinto akhirnya tidak lama bekerja di perusahaan, setelah mendapat Rating Captain dia mendapat tawaran untuk menerbangkan pesawat berbadan lebar untuk rute domestik dan dengan gajih yang menjanjikan pula tentunya!

Fache

Minggu, 13 Juli 2008

Tradisi musim buah...

Duren Tanjung
Suatu kebiasaan ku selama musim buah di bandara adalah menyambut para pilot untuk mencicipi buah-buahan khas Kalimantan utamanya daerah Tanjung, maklum daerah ini terkenal dengan buah Langsat (Duku) Tanjung, Durian, Rambutan, dan masih banyak buah-buah hutan yang mungkin tidak akan pernah mereka temui di supermarket seperti Pitanak, Tarap, Layung, Pepaken, Binturung de-el-el. Tapi para penerbang itu lebih suka jika kubawakan Duren dan Madu.

Terkadang sebelum take off dari Sepinggan mereka mengontak-ku untuk menyiapkan pesanan mereka. Aku bahkan pernah membeli Duren hampir satu mobil pick up untuk mereka bawa pulang entah mau dibagi-bagi dengan rekan atau malah gelar tiker di pasar rakyat untuk jualan....!!!

Tapi memang diakui Duren Tanjung lain dari pada yang lain, baunya yang khas menyengat dan rasanya yang dahsyat membuat mereka ketagihan, tapi awassss... kalo tidak tahan akan jadi kewalahan, terutama yang punya penyakit jantung, darah tinggi dan stroke...

Setelah mendarat mereka menemuiku di ruangan dan sudah jelas hidangan buah durian siap santap di meja, mereka pun makan dengan lahapnya malah mau minta lagi, tapi aku tetap mengontrol nafsu mereka, karena tugas mereka masih berat yaitu membawa Cassa kembali ke Balikpapan...
"Wah perutku dah panassss. Apa ga mabuk nih kalo kebanyakan" ucap seorang pilot,
Sebenarnya mabuk akibat makan Duren bisa dinetralisir dengan meminum air teh dari kulit Duren itu sendiri, dan mereka pun menurutinya...
Alhamdulillah tidak apa-apa!

Meminum teh dari kulit durian ini suatu rutinitas wajib bagi penerbang yang hendak terbang sehabis melahap duren, karena pernah kejadian bau duren yang begitu menyengat terkurung di dalam pesawat selama penerbangan, tentu saja bagi yang mencium bau ini akan merasa tidak enak (mabuk), sekarang bayangkan apa jadinya jika pilot yang bertugas menerbangkan pesawat mengalami mabuk Duren...
Sehingga tidak salah beberapa pilot terkadang mesti mengecek pasti isi bagasi pesawat mereka satu persatu ...ha...ha...ha...

M a d u
Selain Duren para penerbang yang kerap menerbangi jalur Balikpapan-Tanjung mereka juga sering mencari madu, biasanya aku berkeliling kampung mengumpulkan sejumlah madu dan kukemas di jerigen 2 literan. Pernah juga para pilot ini memintaku untuk mencarikan madu sebanyak 80 liter tentunya tidak sedikit waktu mengumpulkan madu sebanyak itu selain itu pula modal yang diperlukan tentunya tidak sedikit.
Mulai dari sinilah para pencari madu selalu mendatangi kantor atau rumahku untuk menawarkan madunya, terkadang mereka hanya memintaku untuk dapat membeli beras, masya allah jeritku dalam hati, dengan tasa kasihan kubeli madu mereka dan kupasarkan melalui polit ke Balikpapan, lumayan alhamduliiah hasilnya dapat dinikmati, sampai akhirnya sama halnya dengan bandara-bandara di Surabaya, Jakarta dan lainnya banyak menjajakan oleh-oleh untuk dibawa pulang, di bandaraku pun aku tidak mau kalah langkah, kususun madu dengan berbagai kemasan botol di etalase. Yah hitung-hitung nambahin uang kesejahteraan karyawan bandara...

Namun kualitas madu tanjung sekarang tidak lagi begitu bagus dikarenakan hutan-hutan tempat populasi lebah madu kebanyakan dibabat oknum yang tidak bertanggung jawab, walau pun sekarang masih ada penjual madu kualitas tinggi tentunya dengan harga yang tinggi pula,,,

Tarap Hidup Tinggi
Di daerah Tanjung Tarap Hidup Tinggi sekali, eiiit jangan salah asumsi...!
Tarap adalah semacam buah hutan yang ordonya sekelas nangka, dan cempedak tapi warnanya isinya putih dan bijinya kecil. Buah tidak banyak peminatnya karena perlu ketermapilan khusus dalam mengupas daging buahnya yang kecil perlu kesabaran teliti ha...ha...ha...

Sebagian orang memakannya hanya dengan di-emut saja dan dibuang, padahal bijinya enak kalo digoreng, oleh karena susahnya itu terkadang buah Tarap dipetik tidak dalam keadaan masak, untuk dijadikan "Wadi Tarap" / "Mandai Tarap" wah untuk yang satu ini lauk yang lain dari pada yang lain...bahkan mampu menggeser lauk daging da nsambal goreng hati yang sudah tersedia di meja makan.

Aku tidak begitu suka dengan Tarap tapi terkadang perasaan penasaran untuk mengambil selaput daging buahnya ini yang membuatku tidak beranjak dari hadapannya...
Apalagi kalo makannya sambil nonton tv kadang aku baru sadar kalo aku sudah habis 3 biji (wah rakusnya...) padahal maksudku untuk menghabiskan buah ini adalah dari pada busuk mending kubusikin di perutku saja hihih...hihiih..., melihat kelakuanku ini, pikir ayahku aku senang dengan buah Tarap ini, akhirnya besok beliau membelikan beberapa biji lagi ....(ya ampuuuunnnn)

Bijinya tidak disia-siakan oleh ayah, dengan cara sangrai maka jadilah kacang Tarap yang rendah kolesterol dan bebas asam urat...

Yang membuatku lucu adalah kacang biji Tarap ini karena saking banyaknya di rumah, ayah memawanya ke kantor dan ternyata laris manis sampai-sampai pejabat tinggi atasan ayah menyantapnya....hi..hi..hi...
Ayah hanya tersenyum kecut, seandainya mereka tahu, padahal semua bijinya itu hasil kerja kerasku nge-mut......ha...ha....a..ha.ha.h..

Fache

Senin, 07 Juli 2008

Wah Fokker-27 mendarat (Overload)

Bulan puasa atau bulan suci Ramadhan membuat umat muslim mengingat kedekatan mereka dengan sang khaliq, namun bagiku bulan ini mengingatkanku pada suatu kejadian di airport yang membuatku tertawa lucu bahwa betapa bodohnya aku dulu...
he...hee...he...(penasaran..???)

Airport Warukin dikelola oleh perusahaan tambang minyak, markasnya di jakarta namun Balikpapan sebagai tempat penyulingan minyak mentah membuat hubungan Tanjung-Balikpapan sangat erat.
Pada saat itu jalan darat masih agak susah, harus meniti gunung curam sampai kemiringan lebih 45 derajat dan biasanya dapat ditempuh dalam waktu 8-9 jam. Oleh karena itu jalur udara (Warukin - Sepinggan) lebih diminati, hanya perlu waktu sekitar 1 jam penerbangan.

Di penghujung Ramadhan kira-kira H-2 banyak karyawan/wati perusahaan yang hendak mudik ke Balikpapan,
Pada saat itu dengan jumlah penumpang yang begitu banyak aku mengontak Balikpapan agar dapat menyiapkan 3 flight dengan pesawat Cassa-212, namun meraka hanya bisa menyediakan 2 buah Cassa-212 dan 1 Skyvan.
Cassa-212 dapat dimuati penumpang sebanyak 15-18 orang dan Skyvan hanya 12 orang saja.

Flight pertama dan kedua adalah Skyvan dan Cassa, berarti masih ada satu flight terakhir dengan menggunakan Cassa, namun aku melihat sekitar airport dan passenger list masih ada puluhan penumpang yang belum terangkut, aku berusaha ngontak Balikpapan untuk dapat menambah 1 flight lagi, namun tetap saja tidak ada respon dengan alasan semua armada harus menjemput karyawan yang ada di Sangatta, Tarakan dan Bunyu...

Checking lagi passenger list ternyata 25 orang lebih belum terangkut sedangkan seat yang tersedia maksimal 18 penumpang,
Semua petugas bandara dikumpulkan dan briefing untuk mencari solusi, beragam pendapat dilontarkan untuk keselamatan penerbangan, akhirnya yang duluan terdaftar dialah yang bisa berangkat, namun hasilnya tidak diterima karena sebagian penumpang harus terpisah-pisah, ada yang suaminya daftar belakangan, ada juga anaknya terpaksa tinggal...
Mengingat karyawan/wati ini juga sebagian staf di perusahaan mau tidak mau harus kami layani pula...

Tidak lama Cassa mendarat, aku langsung menghampiri captain Pilot, namanya Aviandono (alm) dan menceritakan permasalahan yang terjadi.
"Sebentar pak saya ke kokpit dulu" , Capt. Aviandono menemui rekannya di Cockpit dan dari kejauhan ku amati dia dan co-pilot terlihat berdebat panjang namun akhirnya Captain Aviandono keluar dengan muka serius dan menyampaikan bahwa :
"Penumpang semua bisa diangkut namun bagasi mereka yang seperlunya saja kalo perlu hanya keperluan sehari-hari saja"

Akhirnya pihak Pasasi menemui semua penumpang dan diadakan briefing, mereka pun rela tidak membawa bagasi asal bisa kumpul keluarga lebaran nanti...

Sebelum Take off...
Captain melakkan preflight check dan yang aku salutkan dari Captain Aviandono sebelum memberi sinyal penumpang boleh masuk ke pesawat terlebih dahulu dia meminta co-pilot memasang brake lalu memintanya menghidupkan kedua engine dengan full thortle kurang lebih 15-20 menit, ternyata tindakan ini diambil untuk mengurangi beban bahan bakar terhadap pesawat yang diperkirakan sisanya masih dapat menerbangkan Cassa sampai ke Sepinggan Balikpapan.


Yang terasa lucu adalah ketika semua penumpang masuk tempat duduk hanya ada 18an kursi sedangkan penumpang 25 lebih,
Sebenarnya pesawat Cassa ini mirip seperti mobil Colt minibus biasa juga disebut Aviocar (Aviation Car / mobil terbang / taksi terbang) dengan kapasitas 18 orang, harus diisi 25 orang, Anda bisa bayangkan sendiri...
padahal yang pantas mengangkut penumpang sebanyak ini adalah pesawat jenis Fokker 27 dengan muatan hingga 30 penumpang,
Konon menurut petugas loading, penumpang berdesakan di dalam ada yang dipangku, duduk berbagi dengan Flight Enginer, di gang, bahkan ada yang berdiri termasuk pramugaranya (kasihan)...

Penerbangan ini benar-benar gambler...
Spekulasi antara kepentingan keselamatan dengan kepentingan penumpang...
Jika salah satu penumpang komplain maka pihak pengelola di bandara akan ditegur keras, terlebih aku yang memegang otoritas bisa-bisa semua kualifikasiku dalam bidang penerbangan dicabut Menteri Perhubungan...

Setelah Take off
Alhamdulillah pesawat take off lancar-lancar saja tidak ada gangguan, kami semua merasa was-was dan tidak ada satu pun petugas yang mau pulang sebelum mendapat informasi pesawat ini sudah landing di Sepinggan...
Aku selalu mengontak pesawat dari radio komunikasi dengan Capt. Aviandono (alm), untuk memastikan penerbangan mereka aman-aman saja...
Capt. Aviandono (alm) merupakan salah satu dari sederetan penerbang senior yang lalu lalang di Kalimantan, dia dikontrak oleh perusahaan untuk menerbangkan pesawat Cassa.
Dia meninggal akibat kecelakaan pesawat yang diterbangkannya mengalami engine error dan nyungsep ke sungai di daerah Sumatera, sungguh pahit bagi kami, itulah salah satu kenangan kami dengan sang elang...

Landing
Semenjak Capt. Aviandono meminta leaving aerodorme kami sudah kehilangan kontak dengan pesawat, tapi masih ada radio SSB yang dapat kontak ke Control Balikpapan.
Alhamdulillah lagi Cassa dapat mendarat mulus di Sepinggan, aku tidak dapat membayangkan seandainya pendaratan mereka gagal, biasanya jika pesawat overload akan susah dikendalikan, bisa saja akan terjadi overshoot dan kondisi Sepinggan Airport adalah di pinggir laut. apa jadinya jika di Sepinggan sedang hujan lebat dan landasan basah dapat mengakibatkan aqua planning selanjutnya overshoot dan pesawat kehabisan landasan dimana pesawat juga sudah kehilangan daya lift dan pilot tidak memiliki kesempatan menambah tenaga...??? Jawabnya sudah tentu nyemplung ke laut...

Petugas ground handling yang melayani terbelalak sambil geleng-geleng melihat dengan deretan penumpang yang keluar dari pesawat banyak sekali,
"Wah ini mah Fokker-27 yang mendarat....!"

Fache

Jumat, 04 Juli 2008

Warukin Feet 197 & 666 flight (triple six flight)

Bandara kelas C dengan panjang kurang lebih 800 meter hanya bisa didarati pesawat jenis Casa Aviocar C-212 dan sejenisnya. Gampang terlihat ketika kita melintasi jalan trans Kalimantan, Banjarmasin-Tanjung-Balikpapan,
Warukin tempat aku bermain semenjak kecil...
mencari buah Karamunting, buah yang dihasilkan oleh tanaman perdu yang tersebar di sekitar bandara, rasa agak asam dan juga kadang terasa sepet...
atau berburu burung Punai, terasa lezat kalo digoreng dengan bumbu bikinan ibu...

Di ujung Runway 24 atau 06, garis-garis hitam tak beraturan dari rubber deposit yang mewarnai aspal hotmix landasan pacu mengingatkan ku pada masa-masa genting menunggu pesawat untuk mendarat di bawah bimbingan controll ATC-ku...
Dimana bandara masih dalam otoritasku...
sekarang sudah lama aku tidak bersamamu, apakah kau masih cantik dengan senyummu setiap menyambut tamu yang datang di pekaranganmu...??

Aku rindu , bersamamu Feet 197 (Warukin WRBN)
http://www.world-airport-codes.com/indonesia/tanjung-warukin-9117.html


666 (baca : Triple Six) adalah kode panggilan untuk sebuah pesawat yang sedang terbang menuju Warukin airport (Tanjung), dimana sebelum mendarat awak pesawat berusaha mengontak control di darat untuk keamanan penerbangan...

Seperti biasanya setiap pesawat yang hendak menuju ke suatu bandara, sebelumnya awak pesawat / crew mesti melakukan kontak komunikasi terlebih dahulu, bisa saja diawali dengan request weather info mengenai tentang prakiraan cuaca mengenai keadaan awan, ketinggian awan, kecepatan dan arah angin, serta suhu udara di sekitar bandara atau pemberitahuan posisi keberadaan pesawat ...

Dalam keheningan siang aku menunggu 666 ditemani beberapa rekan kerja di control ATC,
10 menit berlalu dari percakapan terakhir dengan awak pesawat dimana mereka sudah bersiap-siap untuk approach, namun 666 tidak melakukan kontak lagi untuk priority landing yaitu permintaan utama pendaratan, dan selama itu pula 666 pun tidak kelihatan sama sekali...
dalam hati aku bergumam "wah GAWAT" , keadaan ini lah yang membuat spot jantung menjadi berdegup cepat, keringat dingin mulai terasa mengalir, kecemasan ku tergambar pula di muka ke dua rekan di samping ku...
Aku mengontak personal darat untuk mengawasi di ujung Runway 06 dan salah satu rekan di ATC dengan sigap mengambil binokuler dari menara pengawas mencari titik hitam disela-sela gumpalan awan putih dan birunya langit yang menandakan bahwa itu 666...
Jawaban mereka pun sama " Negative Captain "

Aku pun mengambil mikropon dan menekan PTT berusaha mengontak ulang 666, beberapa kali panggilan tetap tidak dijawab juga, aku belum bisa mengambil keputusan apakah sudah dalam keadaan emergency, aku hanya bisa berusaha untuk tidak panik begitu juga rekan disampingku...

Akhirnya suara kemerosok memecah keheningan ATC dari 666 terdengar
"666 five minute landing...."
aku pun dapat bernafas lega, wah ada apa gerangan ???, dua rekanku geleng-gelang sambil menyumpah-nyumpah namun pucat di muka mereka memudar sedikit demi sedikit...

Tugas ATC membimbing pesawat untuk mendarat tidaklah mudah, semenjak mereka memasuki aerodrome bandara, tanggung jawab keselamatan penerbangan ada di tangan ATC, ATC berhak menolak / mengijikan pesawat mendarat ataupun take off, dalam keadaan seperti ini saat aku bertugas maka 1/2 badanku sudah masuk penjara untuk mempertanggung jawabkan keselamatan penumpang, keselamatan barang, keselamatan awak pesawat yang jelas keselamatan penerbangan . . .

Tidak lama kemudian flashlight dari badan pesawat terlihat berkedip, dan kami mengawasi terus apakah ada sesuatu yang error pada 666. Propeler normal berputar, tidak ada asap hitam di engine, landing gear lengkap dalam hati kami bertanya-tanya seakan mengingatkan lagu Peter Pan "ada apa dengan mu???"

666 mendarat, taxi dan parkir di apron aku pun lari menuju pesawat untuk memastikan keadaan, dan semuanya memang terlihat normal-normal saja...
Captain Pilot dan Pilotnya menghampiri ku dan mengucapkan maaf
" Maaf kami tidak menjawab radio call Anda dan tidak meminta izin terlebih dahulu , kami sedang membawa penumpang VIP dari Komisi V DPR RI, padahal kami tadi sudah prepare landing tapi mereka ingin melihat-lihat dulu lokasi tambang minyak, Batu bara dan aliran sungai, makanya approach kami lama banget..."

Ha...ha....ha.... tawa ku pun meledak...!!!


Fache