Sabtu, 29 November 2008

Captain Ngambek

Musim haji musim suatu fenomena tersendiri di bandara, kesibukan dari petugas lapangan, operasional hingga manajemen pun kalang kabut, apalagi penumpang, terlebih pengantar berjibun. Suasana bandara yang terkesan elit hilang menjadi kumuh dengan sampah yang berhamburan padahal peristiwa ini sudah diantisipasi pihak bandara dengan mengerahkan pasukan khusus pengontrol kebersihan akan tetapi tetap saja out of control, terlebih lagi parkir bandara jadi tambah semrawut walaupun sudah ada tanda dilarang "P" tetap aja pengunjung parkir sembarangan. Padahal penumpang yang berangkat haji satu-dua orang tapi yang nganter mungkin warga sekampung, he...he...he...

Keadaan normal dengan penerbangan yang biasanya sudah bikin kepala pusing harus ditambah pusingnya dengan kesibukan pelayanan embarkasi haji. Apalagi pesawat yang digunakan untuk haji sejenis Boeing-767, pesawat yang tergolong jumbo, karena jarang sekali pesawat ini mendarat kecuali ada aktifitas haji. Bukannya apa-apa tapi badannya yang tambun memenuhi apron bandara yang hanya mampu menampung 3 buah pesawat sejenis Boeing-737, alhasil jika pesawat 767 berada di apron sisa bandara tinggal 1,5 untuk ukuran pesawat B-737. Padahal penerbangan menuju bandara kami rata-rata maskapainya menggunakan jenis B-737. Untunglah Angkatan Udara bersedia membantu, dan meminjamkan terminalnya sehingga proses bongkar muat pesawat B-737 bisa dilakukan disana.

Tugas kami adalah mengawal penerbangan, berhubung kesibukan di bandara King Abdul Aziz padat juga terpaksa penerbangan untuk ke Indonesia harus mengikuti jadwal mereka. Seringkali pesawat datang tidak sesuai jadwal dari biro haji. Oleh karena itu kami memutuskan untuk stand bye di bandara 24 jam. Benar saja, bahwa tidak sekali dua kali pesawat haji ini datang jam dua malam. Dan tentunya pelayanan yang diberikan bandara tidak begitu sempurna.

Suatu ketika pesawat jenis B-767 mengontak tower hendak mendarat rupanya mereka melakukan direct flight dari Jeddah, namun pesawat ini hanya digunakan untuk stand by unit yang postnya di bandara kami, dan parahnya penerbangan ini tidak terjadwal tapi approval dan clearance terbang sudah mendapat Acc dari pusat, kami apa boleh buat.

Jam 3 subuh mereka landing dengan selamat, tugas ATC hanya memandu mereka hingga parking way untuk selanjutnya urusan ground handling termasuk crew handling yang menangani pesawat.

Untuk pelayanan haji bandara memang harus dijadikan ekstra gold, tapi urusan crew pesawat tentunya diserahkan ke maskapai masing-masing, kecuali maskapai tersebut memiliki ikatan kontrak dengan bandara untuk pelayanan yang satu ini.

Tanggung jawab kami selesai, hingga pesawat parkir dan engine off pun kami lakukan secara prosedural. Seketika crew pesawat hendak menuju ruang tunggu yang jauhnya hampir dua kilo meter jemputan dari maskapai tidak datang-datang.

Sekian lama menunggu Captain Pilot, Pilot, teknisi dan pramugari sebagai awak pesawat memutuskan untuk jalan kaki saja. Sekitar sepuluh menit mereka jalan sambil membawa tas khas pilot dan pramugari barulah jemputan dari maskapai datang. Namun Captain pilot tetap bersikeras untuk tetap jalan kaki (bisa dikatakan ngambek), padahal teknisi dan pramugari kepengen aja naik jemputan namun karena Captain-nya ogah otomatis mereka juga ngikutin pimpinan...

Maklum sang Captain dan Co-Pilot berkebangsaan Inggris jadi ego-nya agak tinggi, ngambeklah dia. Padahal petugas ground handling yang hilir mudik sempat menyambangi mereka untuk memberikan tumpangan namun terhalang oleh ego sang Captain.

Kami dari menara pengawas sempat bingung kenapa mobil jemputan maskapai berjalan lamban, padahal jalur itu merupakan jalur cepat, setelah dicermati ternyata mereka menggiring awak pesawat yang sedang ngambek berjalan kaki menuju hall utama (masya allah) ....ha...ha....ha..

Kesalahan memang boleh terjadi namun ada toleransi, jika dipikir lebih dalam sebenarnya semuanya salah. Kenapa maskapai tidak memberitahukan terlebih dahulu jadwal yang konkret sehingga pihak bandara bisa mempersiapkan segalanya. Terlebih lagi sang Captain seharusnya tidak begitu arogan, tapi menurutku hal itu baik juga bahwa di luar sono yang namanya pelayanan mesti pro. Lagian kan tuh bule harus jalan kaki juga kan kakinya kaku setelah menempuh perjalanan 10 jam, dudu.....k melulu pegel juga tuh pantat.

nyang punya foto bang Nurdin

sangar

bersama kembaran

registrasi terpatri di jidat

terlihat anggun nan menawan

robot apa yak...??

dapur pacu

cek...cek..collang...calling...


dah dulu ya, mau nganter tamu Allah dulu nih...laabaik allahumma labaik....

Rabu, 20 Agustus 2008

Cuti Hercules...

Sekian lama bertugas di lingkungan Warukin aku tidak merasakan kejenuhan sama sekali, all done completely. Bahkan bias dibilang as workaholic, bahkan sebagian orang berkesimpulan jika ingin mencariku lebih baik cari di Warukin aja.

Tidak terasa juga berapa tawaran dari HRD untuk memintaku cuti kutolak mentah-mentah, lantaran belum saatnya bandara kutinggalkan begitu saja, masih ada penyempurnaan di segi teknis untuk managemen bandara yang selama ini kubangun bersama teman-teman. Lagian teman-teman di Warukin bilang kalo ga ada aku suasana bandara kurang afdhol ha….ha….ha…..kaya mo’ sholat jamaah aja….!! Lagian belakangan ini Capt. Mirwan jarang berada di tempat, sepertinya sang Capt. hendak dipromosikan jadi Danlanud.

Hingga akhirnya Chief HRD memintaku untuk menanda-tangani surat cuti secara paksa, ha….ha….ha…..ku pikir ini memang perintah konyol! Gendeng, Apa harus aku cuti? Pake dipaksa lagi??? Ha…..ha……ha……

Cutiku selama dua minggu dan statusnya wajib dengan dalil peraturan perusahaan yang alasannya “jika cuti diambil manfaatkan untuk istirahat misalnya refreshing, sehingga otak bisa segar, kerjaan lancar, keselamatan kerja terjaga, keselamatan penerbangan pun bisa sempurna” ah…teori.

Apa boleh buat cuti kali ini tidak bisa kutolak, dan yang surprise di dalam surat cuti terdapat SPJ (Surat Perintah Jalan) jika aku cuti ke luar kota atau daerah. Kucermati lagi SPJ tersebut dan tertera untuk “sekeluarga” artinya tiket perjalanan dan segala akomodasinya ditanggung perusahaan, wah jarang-jarang bisa liburan bareng keluarga.

Tapi aku rada bingung juga, dan kutanyakan dengan rekan-rekan yang notaben-nya karyawan Pertamina ternyata cuti mereka tidak se-special cuti-ku. Dan aku justru baru mengerti mengenai cuti plus yang kudapatkan kali ini di kala mengurus surat-surat untuk keberangkatan di HRD, bahwa ini adalah reward dari perusahaan atas kerja sama dalam meningkatkan Keselamatan Kerja bandara Warukin selama ini di bawah otorisasi-ku. Alhamdulillah ya Allah…

* * *

Jatah sekeluarga untuk lima orang (Bapak, Ibu, kakak dan adik) ku ajak untuk liburan ke Jakarta, sudah lama ayah dan ibu tidak ke Jakarta, sekedar mengingat tempo dulu mereka, mengunjungi kerabat-kerabat mereka yang ada di Jakarta, dan kesempatan ini kumanfaatkan untuk ibu dan bapak sekalian konsultasi kesehatan and general check up di RS Pertamina.

Kami berangkat ke Jakarta dari Tanjung transit terlebih dahulu di Balikpapan, menggunakan Cassa-212 Pelita Air Service, berangkat jam sebelas pagi dengan perhitungan satu jam penerbangan ke Balikpapan maka jam dua belas dah landing di Sepinggan.

Penerbangan lancar, setelah landing dan hendak mengurus transit aku salut dengan wibawa bapak-ku. Hampir semua crew bandara kenal dengan beliau dan menyalaminya, maklum sebenarnya beliau juga dululnya karyawan Pertamina dan sekarang sudah pensiun, selama masih aktif di Pertamina dinas beliau juga tidak lain dan tidak bukan adalah di Bandara Warukin yang notaben-nya sebagai Kepala Bandara. Tentunya posisi itu sudah didudukinya semenjak aku masih Sekolah Dasar hingga akhirnya beliau pensiun.

Sesuatu hal yang lucu dari beliau adalah gelar / callsign “setumat”. Setumat dalam bahasa Banjar yang artinya sebentar selalu beliau lontarkan di saat penumpang yang resah menunggu kedatangan pesawat dan menanyakan hal ini dengan beliau.

“Setumat lagi pesawat landing….!!” Padahal sebenarnya pesawat yang dimaksud datangnya satu atau dua jam kemudian.

Beberapa tamu dari pusat.baik tamu perusahaan, tamu setingkat Bupati, Gubernur dan Menteri bahkan Wakil Presiden pun pernah beliau jawab dengan jawaban “setumat lagi…” pada saat itu wapres dijabat oleh pak Soedarmono S.H. ketika menanyakan kapan pesawat mendarat dikala kunjungannya ke Pertamian Tanjung. Kontan saja Wapres langsung bertanya dengan ajudannya “apa itu setumat?”. Sang ajudan yang ikutan bingung pun menanyakan kepada Field Manager (FM) Pertamina yang predikat KTP-nya warga Jakarta ototmatis FM jadi kalang kabut karena tidak mengerti sepenuhnya bahasa Banjar. (Ha….ha….ha….)

Kenapa hal ini bisa terjadi?? (penumpang selalu menanyakan kapan pesawatnya tiba), karena di bandara Warukin tidak ada failitas penerangan layaknya bandara umum lainnya, tentunya beliau bosan dengan pertanyaan-pertanyaan yang itu-itu juga apalagi yang nanya orangnya itu-itu juga….

* * *

Setelah urusan transit selesai aku dan keluarga menuju ruang tunggu, dan menurut jadwal jam dua nanti kami sudah take off ke Jakarta. Hampir jam tiga, pengumuman “Penumpang pesawat Pelita Air Service jurusan Jakarta segera….” tidak juga terdengar. Bapak-ku senyum-senyum saja, karena delay itu sudah makanan utama di bandara, aku sempat nyelutuk
“Pak kenapa bapak ga nanya ke informasi kapan pesawatnya datang?”
“Paling jawabnya setumat lagi…” jawab ayah spontan, kontan saja ibu, kakak dan adikku tertawa.

Akhirnya pengeras suara terdengar meminta kami menuju ke pesawat, gembira rasanya setelah hampir lima jam dalam kepenatan penantian. Akhirnya berangkat juga…

Tidak lama penumpang kecewa lagi, karena pesawat yang akan menerbangkan kami adalah jenis Hercules ditambah dengan duduk di rajut dan posisi berhadap-hadapan, bahkan dengkul ketemu dengkul. Bagi aku ini tidak jadi masalah sudah makanan tiap hari di masa diklat dulu untuk kegiatan pesiar dan terjun payung apalagi penerbanganku ini gratis jadi terima apa adanya, lah terus gimana nasib penumpang yang tiketnya bayar dengan uang sendiri…??? (ha…ha….ha….).

Mungkin ga kebayang bisa terbang dengan Hercules, sama halnya dengan menaiki truck, truck terbang. Biasanya di perut Herky ini isinya seperti alat berat, material bangunan seperti semen bisa juga beras, obat-obatan, gula bahkan hewan ternak.

Seharusnya pesawat yang menerbangkan kami sejenis Fokker-100 PAS, namun pesawat sedang dipinjam untuk mengantar presiden, saat itu jabat oleh Pak Soeharto untuk kunjungan ke beberapa daerah yang bandaranya tergolong kecil dan tidak memungkinkan pesawat kepresidenan untuk mendarat. Dan setelah dikonfirmasi dan tidak ada pesawat pengganti yang bisa diarahkan ke Balikpapan, namun hanya ada jenis Hercules yang baru saja mengangkut alat-alat pengeboran minyak Pertamina (drilling) dari Jakarta menuju Balikpapan pulangnya kosong maka kami dititpkan dengan menggunakan pesawat tersebut. Ampuuuun.

Posisi duduk behadap-hadapan ternyata dapat mengurangi kekecewaan, justru penumpang bisa leluasa mengobrol, posisi ini juga tidak memungkinkan pramugari untuk mengantarkan snack ke setiap penumpang sehingga pembagian snack secara sambut menyambut, adikku sempet nilep empat paket snack. Dari kesan beberapa penumpang sempat terdengar “ternyata begini rasanya jadi prajurit atau lebih parah lagi jadi transmigran…!!!” .ha…ha…ha…Kami dapat mendarat selamat di Jakarta, dan untungnya landing kami di Halim bukan di Cengkareng, lumayan buat ongkos taxi kota.

Ini penerbangan yang tak terlupakan dengan Herky, dan sungguh malang selang dua minggu setelah menerbangkan kami Herky (Hercules) Pelita Air Service ini jatuh ke laut setelah beberapa menit take-off dari Hongkong International Airport dan menewaskan seluruh awak pesawat, Padahal Herky diawaki penerbang handal dari Angkatan Udara yang dikaryakan.

23 Sep 2004, PK-PLV dari Hong Kong-Kai Tak International Airport (HKG/VHHH), Hong Kong menuju Halim Perdana Kusumah (HLP/WIIH), Registrasi masih Indonesia, tapi operator pelaksana Heavylift Cargo Airline
lokasi : Kowloon Bay (Hong Kong)

Investigation Result :
The Hercules lost control shortly after becoming airborne from runway 13. The aircraft ditched 500m to the right of the runway. The no. 4 prop pitch control system is said to have failed

Thanks Herky, by your flight serve a part people in Eastern Indonesia can tasting some rice and sugar, many units of bulldozer, excavator and much more of heavy equipment mobilized to Maluku and Papua.







PK-PLV saat standby di Kai Tak Apron, Kowlon Hongkong. (atas)



PK-PLV dievakuasi (tengah)

Cat PK-PLV sebelum dikontrak oleh Heavylift, ilustrasi PK-PLU saudaranya (bawah)

Herc_first_paint



Bangkok - International (Don Muang) (DMK / VTBD) Thailand, January 12, 1993, saat dikontrak UN / PBB



Sumburgh / Lerwick (LSI / EGPB) UK - Scotland, 1992, Take off


Herc_flypass
HeavyLift, Lockheed L-100-30 Hercules (L-382G) PK-PLV (cn 4826)
Coming in high and fast on the short runway 09.
Sumburgh / Lerwick (LSI / EGPB)
UK - Scotland, 1992

Herc_taxi
PK-PLV (cn 4826) (Attached to the Oil Spill Service Centre, Southampton, England) November 90

Sumber foto : Airliners.net

Minggu, 10 Agustus 2008

Lampu Hydrant Car Kedap-kedip

Aku baru nyampe rumah sehabis magrib, ibu senyum-senyum sambil nyuguhin kopi jahe plus gorengan yang udah dingin seharusnya paket ini kusantap tadi sore namun seharian yang melelahkan di Warukin akupun pulang agak telat.
Maklum tadi siang melayani 4 penerbangan dari Balikpapan-Tjg, fenomena ini jarang terjadi biasanya maksimal hanya 2 tapi berhubung penumpangnya jemaah haji yang notabene-nya hampir semua pegawai Pertamina mau tidak mau kami petugas bandara harus melayani perusahaan.
Seperti biasanya sebelum meninggalkan Warukin kami membereskan perangkat-perangkat penunjang bandara seperti towing car, hydrant car, safety car, gerobak bagasi dll untuk dimasukin ke garasi, semua dilaporkan ke administrasi dengan kondisi off.
Bus jemputan karyawan datang dengan security shift malam dan proses hand over bandara ke security pun berlangsung lancar. Sore semakin redup kami pun bergegas pulang.
Di dalam bus kulihat rekan-rekan yang sudah keletihan , terlebih petugas lapangan yang ngurusin ground handling, seharian di bawah terik matahari ngurusin pesawat, mulai dari ngatur parkir, menyediakan tangga penumpang, pasang hook, bongkar muat bagasi ha...ha...sungguh melelahkan.

* * *

Selepas Isya sambil melepas lelah dengan baringan di kasur, enak-enaknya sudah hampir melayang ke dunia mimpi, telepon berdering. Ternyata dari telepon central Pertamina.
"Ada apa paK?" sahut ku
"Tadi barusan security bandara telpon, bahwa di garasi hydrant car ada nyala lampu kedap-kedip, mau dicek ke dalam tapi security g punya kunci gembok, tolong di-handle pak"
"Iya deh terimakasih informasinya, Selamat malam"

Yah..kerjaan lemburan nih padahal rasa kantukku belum lagi hilang, apalagi letih yang terasa di badan aduuuuh. Aku berusaha langsung menghubungi beberapa rekan yang tugas di hydrant departemen dan mereka pun tidak tahu menahu tentang hal ini, aku pikir ini hanya lampu sirine hydrant yang lupa dimatikan, tapi sebelumnya crew mengisi report list sebelum pulang dengan keadaan off.

Inilah resiko juru kuncen bandara, kenapa juga anak-anak ngasih kunci perangkat bandara serenteng ke aku??? Aku pun bergegas menuju bandara. Karena melihat betapa letihnya aku ibu meminta ku mengajak orang rumah untuk menemani dan adikku ternyata bersedia, ah legannya setidaknya dia bisa nyetir mobil dan aku melanjutkan tidurku di jalan.

Sebelum ke bandara aku mampir tempat Wito, salah seorang crew hydrant departement dan untunglah dia juga bersedia menemaniku, sepanjang jalan kami membahas ada apa gerangan lampu kedap-kedip.

Sesampai di bandara kami menemui security piket.
"Tadi lampunya kedap-kedip terus, dan barusan aja nyala terus nih"
"Ada orang ga di dalam???" aku bertanya penasaran.
"Saya sudah cek dari luar ga ada siapa-siapa pak..!"
"Ya sudah biar kami cek ke dalam, makasih pak"
Suasana memang agak lain aku dan Wito bingung lampu mobil pemadam (hydrant car) bisa nyala, padahal switch lampu dalam keadaan mati, kesimpulan kami ini ada yang ga beres dengan sirkuit listriknya tetapi semuanya dalam keadaan normal-normal saja.

Well dengan sedikit sentuhan Wito semuanya beres. Tapi yang menjadi penasaran kenapa bisa kedap-kedip??
Cape' tak tertahankan lagi karena masalah sudah dibereskan kami pun pulang.

* * *

Besok pagi-pagi cerita lampu kedap-kedip ini jadi rumor di post security, dan sebenarnya beberapa security pun pernah mengalami hal yang sama persis di bandara, namun kedap-kedip yang pernah terjadi biasanya hilang dengan sendirinya tidak separah tadi malam...
Aku meminta mekanik untuk mengecek keadaan hydrant car yang kami bongkar tadi malam dan hasilnya ga ada yang error, everything OK.
Menurut cerita, bandara memang sering didapati kejadian-kejadian aneh. Tepat di sebelah garasi hydrant car terdapat pohon Asem (sejenis mangga) yang gede, kalo lagi musim buahnya lebat daunnya rimbun, rekan" sering kedapatan kakek tua duduk di bawahnya tapi siapakah dia dan hilang begitu saja???
Dulu juga pernah anak pegawai yang sakit di kirim ke Jakarta dan meniggal akhirnya mayatnya dipulangkan menggunakan pesawat, namun peti kemasan pembungkus peti mati yang terbuat dari timah setibanya di bandara langsung di bongkar dalilnya sih petinya tidak bernuansa islami dan dibuang persis di samping garasi hydrant department wah......ini nih yang bikin syerem.

Aku langsung nyari barang-barang perlengkapan syarat sesajian dan ngadain selamatan ala kadarnya, bukannya musyrik hanya ngadain selamatan, sehabis selamatan sesajian kita bagi-bagi dan ludes, alhamdulillah ga mubazir.

Sejak saat itu baik sebelum maupun sesudah kami melakukan pekerjaan masing" di bandara kami selalu menyempatkan diri untuk berdo'a bersama-sama, yah sekedar minta perlindungan dari yang kuasa dan memohon keselamatan kita semua. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar...

Jumat, 08 Agustus 2008

New Officer Old Face

Aku baru saja menyelesaikan sarapan pagi sambil bercanda dengan ponakan yang masih tertidur lelap, Capt. Mirwan menelpon dan akan menjemputku sebentar lagi.

Asyiek menyimak liputan berita pagi di televisi dan sesekali melihat serombongan anak-anak pelajar bersepeda dari daerah pinggiran menuju kota kabupaten. Aku merasa SALUT mereka mengayuh sepeda sejauh puluhan kilometer ke kota hanya ingin menjadi cerdas dan pintar walau mereka harus bersaing dengan rekan-rekan mereka yang dominan lebih mampu dan menunggang kuda besi, sungguh sangat mengetuk jiwa ternyata pemandangan ini tidak lenyap ditelan jaman.

Capt. Mirwan datang menjemputku, dan kami langsung menuju kantor Pertamina, perusahaan yang mengontrak tenaga kami untuk tugas disana demi menggantikan petugas mereka yang sedang upgrade training dan sekalian sertifikasi dengan bidang yang sama kami geluti yaitu navigasi.

Setelah disana aku belum mengerti kenapa bandara sekecil ini mesti kami berdua yang menangani. Seorang sersan bagian Teknik Navigasi Angkatan Udara pun sebenarnya mampu menghandel tugas ini tapi duty call merupakan perintah komando apa boleh buat. Kita prajurit mah nurut apa kata komandan.

Capt. Mirwan tugasnya melayani Pertamina dan aku sendiri melayani perusahaan (x) yang menggunakan jasa penerbangan dan kebetulan kantornya berdekatan. Pada dasarnya tugas kami shift-shift-an namun walaupun begitu tetap saja kami ke Warukin berdua.

Hari ini memang tidak ada kegiataan penerbangan jadi today is simple alias nyante, setelah selesai melapor ke HRD perusahaan - perusahaan tadi, kami coba untuk menginventarisir perangkat navigasi di bandara Warukin yang jaraknya hampir 15 kilometer dari kota.

* * *

Replacement Tool

Sesampai di bandara ternyata beberapa perangkat ada yang tidak berfungsi bahkan sama sekali tidak sesuai standar. NDB (Non Direct Beacon) di sebelah selatan bandara tidak berfungsi, untung saja Capt. Mirwan adalah orang yang tepat dalam kondisi ini. Hanya gara-gara kurang dirawat saja, accu utama sudah soak untung ada accu cadangan, tidak begitu lama kerjaan beres.

Keberadaan NDB sangat penting untuk pesawat yang tidak dilengkapi GPS, maka pesawat akan sangat dibantu dengan signal yang di-broadcast oleh NDB untuk menentukan arah bandara yang dimaksud, setidaknya pesawat tidak kesasar istilah lain dikenal dengan Instrument Flight Rule.

Betapa kaget lagi setelah petugas jaga membukakan pintu tower ternyata tidak ada satupun radio untuk navigasi disana. lah gimana bisa komunikasi dengan pesawat ??? Separah itu kah bandara kota kelahiranku?? Menurut berita radio hilang dicuri, tapi kenapa radio seharga ratusan juta untuk navigasi dan bersifat vital tersebut bisa raib begitu saja dan tidak ada tindak lanjut dari pihak yang bersangkutan selaku penanggung jawab otoritas bandara, ah ini mah ada unsur politis, and again... its really perfect aliby….

Keberadaan Radio sangat-sangatlah vital, setelah pesawat dituntun secara instrument di ketinggian > 1000 feet sebelum melakukan approach dan landing maka pesawat mengontak tower control untuk memastikan jalur yang akan digunakan oleh pesawat aman untuk diterbangi hingga pesawat dapat mendarat, disinilah komunikasi antara awak dan tower menjadi sangat penting dan medianya tentulah tidak lain dan tidak bukan yaitu radio.

Capt. Mirwan menghubungi pihak Pertamina selakku pemilik bandara namun pihak Pertamina menyangkal bahwa managemen bandara sekarang diambil alih oleh perusahaan x jadi yang mesti bertanggung jawab atas otoritas bandara selama ini ya perushaan x dong. Akhirnya jawaban dari mereka besok kami sudah bisa mendapatkan gantinya.

Keesokan pagi kami diminta datang ke kantor humas perusahaan x dan mereka menyodorkan radio pengganti yang jauh dari standar. Melihat mereka memberikan radio tersebut aku langsung terbelalak, tentunya lain lagi dengan Capt. Mirwan mukanya langsung memerah dan mencak-mencak dengan seisi departemen humas.

Saya jauh-jauh datang kemari untuk mengontrol navigasi, bukannya nge-break!, beberapa hari lagi dirjen perhubungan akan datang masa saya harus mempertaruhkan keselamatan mereka dengan radio murahan ini “ dengan nada kesal Capt. Mirwan mencaci maki.

Saya bertugas untuk standarisasi dan sertifikasi di bidang penerbangan khususnya navigasi di daerah ini yang tanggung jawabnya ditujuan ke Pertamina dan perusahaan ini, namun berhubung bandara Warukin diambil alih oleh perusahaan ini maka perusahaan ini lah yang kami audit, terus belum apa-apa malah bermasalah dengan alat se-vital ini, masa kami dikasih radio amatiran??? Padahal kalo dihitung-hitung berapa siha harga radio dibanding dengan berton-ton batubara yang diambil dari tempat ini???" Marahnya Capt. Mirwan berapi-api, dan dia tetap bersemangat untuk ngomel.

"Ini namanya mendiskreditkan profesi kami, ya saya akui saya memang petugas baru disini tapi kami lebih duluan daripada Anda-anda sekalian menghirup udara Tanjung yang bisanya hanya mengeruk hasil bumi Saraba KawaRupanya Mirwan jengkel sekali dengan perusahaan x yang memperlakukannya seperti itu. Aku pun baru mengetahui kalau tugas kami adalah bukan hanya melayani perusahaan tersebut tapi kami ditugaskan oleh markas untuk menghandel kedatangan pejabat setingkat dirjen dalam acara kunjungan ke daerah.

Otomatis radio pengganti yang dijanjikan ditolak oleh Capt. Mirwan dan tanpa banyak pikir Capt. Mirwan langsung menuju Pertamina untuk minta bantuan radio yang dulu pernah kupakai di tower yang sama, ternyata radio itu sudah tidak layak pakai akan tetapi radio portabel yang lebih canggih sudah disediakan namun statusnya sewa dengan perusahaan El-Nusa, konon sewanya perhari radio itu 7 juta rupiah, masa bodoh mengenai harga toh yang bayar bukan kami, melainkan perusahaan x.

Karena portabel bentuknya mirip dengan laptop, maka kami bisa membawanya dengan menjinjing, radio ini kami bawa dengan menggunakan motor saja, terbesit dalam hati bahwa sekarang ini aku dengan Capt. Mirwan sedang membawa perangkat seharga Rp.900 juta terus hanya ditenteng lagi...!! (Gila).

Yang menurutku lebih gila lagi adalah Capt. Mirwan, saat dalam perjalanan menuju Warukin karena penasaran dengan harganya semahal itu di atas motor yang kukendarai Capt. Mirwan sempat melakukan tuning kalibarasi frequensi (ha….ha…..ha….) dasar orang gila navigasi.

Manual kami pelajari dan wajar saja harganya mahal, radio itu bukan hanya untuk komunikasi tapi juga dapat berlaku sebagai repeater dan dapat mendeteksi benda terbang sekitar 20-22 kilometer, kan di Warukin tidak ada radar…

Petugas baru muka lama, kami memang baru akan tetapi kami sudah pernah bertugas disini. Capt. Mirwan sungguh orang yang idealis dalam sertifikasi tidak pandang bulu dengan siapakah dia akan berhadapan, bermodalkan sertifikasi FAA (Fedration Aviation Association) yang sudah dikantongi dan selalu up to date, yang seharusnya cukup tiga tahun sekali tapi Capt. Mirwan memang beda asal ada waktu setiap tahun pun dia akan berusaha untuk up to date kualifikasi FAA tersebut. Sertifikasi Eropa, jebolan Swinburne wah ini mah sama aja seperti "masa Buaya dikadalin..??"

Kupikir wajar Capt. Mirwan berlaku seperti itu, memang itulah tugas dia tugas ku juga. Toh semuanya untuk keselamatan penerbangan juga, seandainya kami tidak kemari mungkin kami tidak akan tahu sejauh mana kesiapan dan kelayakan aktivitas penerbangan di kota ini.

Thats all story "New Officer Old Face" dedicated to Let.Col. Mirwan

* * *

Pelampiasan Sakit Hati

Rabu, 30 Juli 2008

Police Academy


POLICE ACADEMY
Participant to
Visit Indonesia 2008
and Celebrating 100 Years
Indonesia Awakening



Alex in action, mengendarai mobil dengan dua roda samping dan mundur....wow



Alex dan ATV



2 wheel side by side



standing on
semoga bangsa kita mampu memiliki semangat seperti para stuntman di atas, demi mengibarkan merah putih di segala penjuru dunia...

Return To Base

Scorpio Z 225 cc buatan tahun 2005 ku geber melaju kencang sekitar 60 km/jam di jalanan yang agak lenggang, maklum masih pagi, ½ jam saja aku lebih lambat dari sekarang jalan tidak akan selenggang ini. Aku sedang menikmati perjalanan ku sambil menghirup udara mumpung masih terasa segar. Sudah lama udara sesegar ini tidak kuhirup secara nikmat sambil berolah raga, kenapa?? Karena jadwal piket ku di bandara selalu mengharuskan aku pagi-pagi sekali sudah berada di bandara.

Tambah kecepatan motor, beradu cepat dengan pedagang sayur dan ikan segar yang mengejar pasar pagi ternyata bangunku selama ini masih kalah dengan mereka yang harus bangun lebih pagi mungkin sebelum adzan subuh dan mengambil bahan dagangan di kebun sayur atau tambak yang jauhnya puluhan kilo meter (masya allah), aku masih beruntung bisa molor hingga ayam tetangga membangunkanku, masih bisa sholat subuh memohon pada yang kuasa…

Bandara tinggal beberapa menit lagi handphone di kantong celana kiri bergetar, akan tetapi aku males menjawab panggilan itu, aku sedang menikmati perjalananku, masa bodoh dengan handphone.

Di parkiran aku jadi penasaran dan segera melihat handphone, siapa kah yang menghubungiku sepagi ini? Kulihat missed call dari Mirwan, temen seperjuangan di navigasi, ada apa gerangan?

“Hallo ada apa Wan?”
“Eh lo dari tadi gue call ga ngangkat-ngangkat, udah lihat surat tugas yang gue kirim kemaren belon???”

“Belum emangnya ada apa???”

“Lihat aja dulu mungkin masih di administrasi nanti konfirmasi ke gue lagi…dah dulu deh gue mau apel pagi nih…bye”

Aku juga baru sadar bahwa aku harus apel pagi.

* * *

Bubar apel pagi tanpa menghiraukan sarapan pagi di café wokk aku langsung ke meja kerja. Map warna hitam bertuliskan priority dikirim oleh Mirwan dan kupelajari surat tugas tersebut dan ternyata Alhamdulillah tugas backup support untuk sementara waktu menggantikan petugas yang berhalangan di Warukin, berarti pulang kampung nih, jarang-jarang bisa pulang dengan jadwal kerjaan yang menuntut dedikasi tinggi akhirnya aku bisa pulang ke kampung halaman.

Pulang kampung dalam urusan dinas dan pulang tidak mengeluarkan biaya sepeserpun karena ditanggung oleh dinas ha…ha…ha…. Dalam benak aku sudah berpikiran masih adakah semak Karamunting di sekitar bandara?? Dan burung Punai yang beterbangan crossing runway??

Kubaca lagi Surat Tugas untuk lebih meyakinkan hati, ternyata disana tertulis Duty Call untuk dua orang, lalu siapakah petugas yang akan menemaniku pulang kampung??

“Wan..!, DCM (Duty Call Memo) dah gue terima tapi disana kan tertulis dua orang, emang lo ngirim sapa lagi?”

“Gue juga kurang tau, tapi lo ntar jam sepuluh jemput dia di terminal domestik, pake PDL (Pakaian Dinas Lapangan), culik aja, OK..!”

“Tapi namanya siapa?? Pake penerb…???” Tut…tut….tut….boro-boro minta jawaban dari kunyuk satu ini, pertanyaanku aja belum selesai dah di-cut. Bangke…!!!

Wah aku dikerjain Mirwan, walaupun pangkat sama tapi jabatannya di pusat lebih tinggi jadi bisa main perintah, “sayang lo atasan gue, kalo ga gue timpuk….pitak lo” Dalam hati aku memaki-maki.

Informasi rekan yang piket di tower bahwa jam sepuluh ada Garuda dari Jakarta, aku pun nunggu di gate.

Akhirnya pesawat yang ditunggu mendarat dan satu persatu kuperhatikan penumpang yang keluar ternyata tidak ada yang pake PDL. Dari radio HT kudengatr petugas GSE (Ground Support Equipment) mengatakan petugas yang dimaksud "menggunakan PDL" dijemput mobil executive class Garuda.

Buru-buru berlari menuju ujung terminal di Garuda Lounge, dengan bingung sambil menanyakan kepada petugas di situ dan mereka tidak ada yang mengetahui. Seseorang menepuk punggungku dari belakang,

Susah ya mencari petugas menggunakan PDL?” Kulihat kebelakang ternyata Mirwan.

“Eh lo ngerjain gue, bangke….!!, kalo tau orang itu lo gue ga bakal jemput…kampreeeeet…” sumpah serapah ku keluar ha…ha…ha....ha...sebenarnya sudah lama sekali aku tidak pernah tertawa sepingkal ini.

“Sekarang kita impas tadi pagi lo gue telpon ga ngangkat-ngangkat hayoooo…..by the way kita siang ini sudah harus berngkat ke Warukin besok kita sudah mulai dinas”

“Beres Captain” Akhirnya Mirwan pulang kampung juga, kami berduet lagi, inilah saatnya dua putra daerah pulang kampung untuk menjalankan duty call.

“Eh Ri..!, what U think about this job?”

“Just walk in park, Smookey” Istilah untuk pekerjaan mudah.

“Emang lo aja yang mau pulang kampung pake uang dinas? Gue juga pengen…!!!, Take ur gears up, Let's go RTB Capt.” (RTB=Return To Base).

Rabu, 23 Juli 2008

Morning activity...

Pagi - pagi sekali aku berangkat ke kantor tanpa menghiraukan dinginnya embun dan gerimis hujan di pagi itu walaupun menusuk ke tulang tak sedikitpun menyurutkan niatku untuk ngantor.

Hari itu sama seperti hari biasanya, setiba di kantor aku langsung menuju café, “Café Wokk”. Cafe yang memiliki nama aneh konon katanya insan penerbangan yang bekerja di sini sering beristirahat di café tersebut, Café diambil dari kata “CAPE” alias letih sedangkan kebetulan disana juga tersedia bevearage berupa kopi yang khas, Wokk diambil dari kata berkerja “Work” dan faktor lain yang menyebabkan kata Wokk digunakan pada café ini dikarenakan sering sekali para penerbang dari Negara Eropa yang singgah menyempatkan untuk menyeruput kopi khas made in Café Wokk dan mereka rata-rata punya brewok. (ha…ha…ha…..sesuatu hal yang lucu…)

Hampir satu bulan belakangan ini aku selalu dapat shift untuk melayani penerbangan pagi. Setiap pagi itulah aku melewatkan sarapan pagiku di café Wokk. Pemandangan yang tak beda pun selalu menjadi teman santap pagiku.

Pak Irwan security bandara selalu sarapan pagi dan mengambil meja dekat pintu sambil memainkan puntung rokok, meja dekat pintu hanya sebagai alasan untuk mudah memonitor ke luar sana padahal sarapan hanya roti isi omelet plus minuman hangat teh atau kopi tapi lima-enam batang rokoknya sudah dihisap…..really perfect aliby.

Lelaki paruh baya dikenal dengan Pak Sudin anggota cleaning service yang selalu mengumbar kata salam dan ucapan selamat pagi yang tulus kepada siapa pun yang dilewatinya, dengan kemurahannya memberikan salam kepada siapapun tak pernah kulihat muka beliau dalam keadaan stress, selalu ceria dan bersinar. Suatu hari pernah sebelum beliau mengucapkan salam kepadaku tapi langsung kujawab “Wa alaikum salam pak Sudin, selamat pagi dan selamat bekerja”, beliaupun langsung tertawa. Mulai dari situ kami sering tegur sapa.

Di sebelah barat nampak Astri anak pelayan café mengenakan seragam sekolah biru putih nampak memainkan pulpen dengan secarik kertas bahkan buku-buku tebal di tangan satunya. Kulihat sikap menunjukkan kecerdasan pada anak ini, nampaknya dia berusaha mengulangi pelajarannya di sekolah karena tidak sempat belajar demi kesibukkannya membantu ibu di café. I wishing succesfull for you…

Sekitar satu minggu yang lalu Astri terlihat dari kejauhan sudah cengengesan berjalan mengarah ke mejaku, meletakan buku pegangannya seperti membanting namun agak sedikit lebih lembut tepat di atas meja ku, Masih dalam keadaan cengengesan

"Om tugas bahasa Inggris-nya susah banget niiih….bantuin bikin transitive caluse dooong” Astri merengek-rengek.

Robert petugas garbarata, tidak pernah lepas dengan koran yang terselip di kantong belakang celana sebelah kanan sedangkan sebelah kirinya terselip dompet yang menyembul dan sebuah sisir mini, dengan karakteristik seperti ini dari kejauhan pun dia sudah bisa dikenali tanpa harus melihat tampangnya terlebih dahulu.

Sugeng seorang dispatch maskapai penerbangan domestik selalu tidak pernah ketinggalan menonton breaking news pagi di televisi dengan gaya yang khas berdiri di koridor sambil menggerakkan tangan ke kiri dan ke kanan seolah-olah senam.

Namun pemandangan pagi ini kulihat agak beda dari biasanya, seseorang agak tua dariku berpakaian agak santai nampaknya penumpang yang hendak berangkat pagi ini. Duduk berseberangan denganku namun agak jauh sekitar beberapa meja, mukanya nampak kusut nampaknya adalah masalah berat yang baru dihadapinya.

Tidak sengaja aku terlalu dalam memperhatikan orang ini dan akhirnya aku tertangkap mata olehnya, langsung kulempar senyum dengan mengganggukkan kepala sambil mengangkat cangkir kopi dan menawarkannya dari jarak jauh. Dia pun tersenyum walaupun terlihat pahit dan kuperhatikan bahasa bibirnya seperti mengucapkan “thank you”.

Tidak lama kemudian datang dua orang berseragam militer satu berpangkat Mayor dan satunya lagi mungkin ajudannya dengan pangkat Letnan menghampiri orang itu. Sang Mayor mendekati dan berbicara seperti membisikkan sesuatu ke telinga orang tadi dan memberikan secarik memo. Entah apa yang mereka bicarakan yang jelas muka orang tadi menjadi memerah sambil menunjuk-nunjuk kertas memo yang tergeletak di atas meja. Lalu dengan muka menyesal dan menunjukkan sikap seperti takut dengan orang tadi, tidak lama kemudian kedua perwira beranjak pergi dengan memberi hormat dulu sebelumnya.

Setidaknya orang yang duduk di seberangku itu adalah seorang “pamen” (Perwira Menengah) di jajaran militer yang sedang bebas tugas bisa juga sedang cuti namun ada sesuatu hal yang tidak dinginkan terjadi dan kita tidak mengetahuinya.

Perasaan ingin tahu ku siapakah sosok ini tidak dapat kulanjutkan, radio HT yang kubawa terdengar berisik menanggil callsign ku "10 November...10 November, tower sight smoke close runway 27 left", yah ada asap di ujung runway...KEBAKARAN.....KEBAKARAN....

Minggu, 20 Juli 2008

Dulunya pramugara

Cassa
Cassa 212 buatan Italia, namun atas berkembangnya SDM Indonesia yang haus akan teknologi modern akhirnya pembuatan Cassa bisa dilaksanakan di Indonesia dengan lisensi pada saat itu IPTN (sekarang PT. DI), bentuknya sedang dapat beroperasi pada landasan perintis dengan panjang minimum 800 meter, mampu membawa muatan sekitar 15 orang dan mengangkut beban hingga 2 ton,
diawaki oleh 4 orang yang terdiri Captain Pilot, Co-Pilot, Flight Engineer (FE) dan Pramugara, terkadang FE juga merangkap pramugara.

Pramugarinya mana???
Ada aja tapi untuk pesawat ini masih tidak diperlukan toh yang dibawa orang biasa saja, kecuali muatannya itu VIP seperti (komisi V DPR-RI, Menteri Pemerintahan, de-el-el)...

Dulunya Pramugara...
Seperti hal biasanya menunggu di ATC dan berkomunikasi dengan awak pesawat, kudengarkan logat Co-Pilot yang mengontak terasa tidak asing bagiku...
Setelah request for landing dan pesawatnya diparkir di apron, namun sebelumnya dalam komunikasi selama di udara yang lalu dia menyatakan ingin sekali bertemu denganku,
Pilot : "Im very eager to see you on the ground, Sir, Thank You..!"
aku : "It's pleasure for me, happy landing, Captain". aku pun membalas komunikasi itu. Aku pikir disinilah hubungan baik antara awak pesawat dengan ATC jadi aku merasa biasa saja.

Tamu baru, kupikir !, kenapa gerangan dia ingin ketemu denganku? Dengan semangat kudatangi dia di apron.
sambil berjalan menuju pesawat kulihat seorang pilot keluar dari pesawat dan sambil melihatku sambil terseyum, aku belum bisa mengenalinya dengan tampilan kaca mata gelap dan menggunakan topi, siapakah dia???

Sambil menyalami aku dan tertawa kecil
"Jangan pangling ini saya Rinto, dulukan saya pernah RON dan menginap di rumah situ"
Masih dalam keadaan bingung, "Rinto mana yah?, Sumpah Gue lupa nih".
Dia pun melepaskan kaca mata dan akhirnya aku baru mengingat dan mengenalinya...
Sesuatu yang miracle, Rinto memang dulu pernah menginap di rumahku pada saat membawa tamu perusahaan dan pesawat harus RON (Rest Over Night) istilah pesawat untuk bermalam, namun pada saat beberapa tahun yang lalu itu dia hanya Pramugara tapi sekarang Rinto sebagai awak pesawat yang mengenakan dasi dan ada 3 strip / band di pundak kanan dan kirinya berwarna kuning, sekarang dia co-pilot, bukan pramugara lagi!
Alangkah senangnya melihat kesuksesan seorang pramugara meniti karir menjadi penerbang.

Kami banyak bercerita panjang lebar di waktu yang sangat sempit sambil menunggu bongkar muat barang di bagasi, Pantas saja sekitar beberapa tahun belakangan ini dia jarang kelihatan ternyata dia menempuh pendidikan penerbang, Rinto menceritakan perjalanan karirnya,
"Saya menghabiskan biaya 400 juta rupiah untuk jadi penerbang",
400 juta rupiah dikumpulkan dari honornya menjadi pramugara hingga akhirnya bisa meraih predikat Co-Pilot, 400 juta tidaklah murah pada saat itu dimana harga 25 rupiah masih berarti dan masih bisa digunakan untuk membeli 2 biji permen...!!

Rinto akhirnya tidak lama bekerja di perusahaan, setelah mendapat Rating Captain dia mendapat tawaran untuk menerbangkan pesawat berbadan lebar untuk rute domestik dan dengan gajih yang menjanjikan pula tentunya!

Fache

Minggu, 13 Juli 2008

Tradisi musim buah...

Duren Tanjung
Suatu kebiasaan ku selama musim buah di bandara adalah menyambut para pilot untuk mencicipi buah-buahan khas Kalimantan utamanya daerah Tanjung, maklum daerah ini terkenal dengan buah Langsat (Duku) Tanjung, Durian, Rambutan, dan masih banyak buah-buah hutan yang mungkin tidak akan pernah mereka temui di supermarket seperti Pitanak, Tarap, Layung, Pepaken, Binturung de-el-el. Tapi para penerbang itu lebih suka jika kubawakan Duren dan Madu.

Terkadang sebelum take off dari Sepinggan mereka mengontak-ku untuk menyiapkan pesanan mereka. Aku bahkan pernah membeli Duren hampir satu mobil pick up untuk mereka bawa pulang entah mau dibagi-bagi dengan rekan atau malah gelar tiker di pasar rakyat untuk jualan....!!!

Tapi memang diakui Duren Tanjung lain dari pada yang lain, baunya yang khas menyengat dan rasanya yang dahsyat membuat mereka ketagihan, tapi awassss... kalo tidak tahan akan jadi kewalahan, terutama yang punya penyakit jantung, darah tinggi dan stroke...

Setelah mendarat mereka menemuiku di ruangan dan sudah jelas hidangan buah durian siap santap di meja, mereka pun makan dengan lahapnya malah mau minta lagi, tapi aku tetap mengontrol nafsu mereka, karena tugas mereka masih berat yaitu membawa Cassa kembali ke Balikpapan...
"Wah perutku dah panassss. Apa ga mabuk nih kalo kebanyakan" ucap seorang pilot,
Sebenarnya mabuk akibat makan Duren bisa dinetralisir dengan meminum air teh dari kulit Duren itu sendiri, dan mereka pun menurutinya...
Alhamdulillah tidak apa-apa!

Meminum teh dari kulit durian ini suatu rutinitas wajib bagi penerbang yang hendak terbang sehabis melahap duren, karena pernah kejadian bau duren yang begitu menyengat terkurung di dalam pesawat selama penerbangan, tentu saja bagi yang mencium bau ini akan merasa tidak enak (mabuk), sekarang bayangkan apa jadinya jika pilot yang bertugas menerbangkan pesawat mengalami mabuk Duren...
Sehingga tidak salah beberapa pilot terkadang mesti mengecek pasti isi bagasi pesawat mereka satu persatu ...ha...ha...ha...

M a d u
Selain Duren para penerbang yang kerap menerbangi jalur Balikpapan-Tanjung mereka juga sering mencari madu, biasanya aku berkeliling kampung mengumpulkan sejumlah madu dan kukemas di jerigen 2 literan. Pernah juga para pilot ini memintaku untuk mencarikan madu sebanyak 80 liter tentunya tidak sedikit waktu mengumpulkan madu sebanyak itu selain itu pula modal yang diperlukan tentunya tidak sedikit.
Mulai dari sinilah para pencari madu selalu mendatangi kantor atau rumahku untuk menawarkan madunya, terkadang mereka hanya memintaku untuk dapat membeli beras, masya allah jeritku dalam hati, dengan tasa kasihan kubeli madu mereka dan kupasarkan melalui polit ke Balikpapan, lumayan alhamduliiah hasilnya dapat dinikmati, sampai akhirnya sama halnya dengan bandara-bandara di Surabaya, Jakarta dan lainnya banyak menjajakan oleh-oleh untuk dibawa pulang, di bandaraku pun aku tidak mau kalah langkah, kususun madu dengan berbagai kemasan botol di etalase. Yah hitung-hitung nambahin uang kesejahteraan karyawan bandara...

Namun kualitas madu tanjung sekarang tidak lagi begitu bagus dikarenakan hutan-hutan tempat populasi lebah madu kebanyakan dibabat oknum yang tidak bertanggung jawab, walau pun sekarang masih ada penjual madu kualitas tinggi tentunya dengan harga yang tinggi pula,,,

Tarap Hidup Tinggi
Di daerah Tanjung Tarap Hidup Tinggi sekali, eiiit jangan salah asumsi...!
Tarap adalah semacam buah hutan yang ordonya sekelas nangka, dan cempedak tapi warnanya isinya putih dan bijinya kecil. Buah tidak banyak peminatnya karena perlu ketermapilan khusus dalam mengupas daging buahnya yang kecil perlu kesabaran teliti ha...ha...ha...

Sebagian orang memakannya hanya dengan di-emut saja dan dibuang, padahal bijinya enak kalo digoreng, oleh karena susahnya itu terkadang buah Tarap dipetik tidak dalam keadaan masak, untuk dijadikan "Wadi Tarap" / "Mandai Tarap" wah untuk yang satu ini lauk yang lain dari pada yang lain...bahkan mampu menggeser lauk daging da nsambal goreng hati yang sudah tersedia di meja makan.

Aku tidak begitu suka dengan Tarap tapi terkadang perasaan penasaran untuk mengambil selaput daging buahnya ini yang membuatku tidak beranjak dari hadapannya...
Apalagi kalo makannya sambil nonton tv kadang aku baru sadar kalo aku sudah habis 3 biji (wah rakusnya...) padahal maksudku untuk menghabiskan buah ini adalah dari pada busuk mending kubusikin di perutku saja hihih...hihiih..., melihat kelakuanku ini, pikir ayahku aku senang dengan buah Tarap ini, akhirnya besok beliau membelikan beberapa biji lagi ....(ya ampuuuunnnn)

Bijinya tidak disia-siakan oleh ayah, dengan cara sangrai maka jadilah kacang Tarap yang rendah kolesterol dan bebas asam urat...

Yang membuatku lucu adalah kacang biji Tarap ini karena saking banyaknya di rumah, ayah memawanya ke kantor dan ternyata laris manis sampai-sampai pejabat tinggi atasan ayah menyantapnya....hi..hi..hi...
Ayah hanya tersenyum kecut, seandainya mereka tahu, padahal semua bijinya itu hasil kerja kerasku nge-mut......ha...ha....a..ha.ha.h..

Fache

Senin, 07 Juli 2008

Wah Fokker-27 mendarat (Overload)

Bulan puasa atau bulan suci Ramadhan membuat umat muslim mengingat kedekatan mereka dengan sang khaliq, namun bagiku bulan ini mengingatkanku pada suatu kejadian di airport yang membuatku tertawa lucu bahwa betapa bodohnya aku dulu...
he...hee...he...(penasaran..???)

Airport Warukin dikelola oleh perusahaan tambang minyak, markasnya di jakarta namun Balikpapan sebagai tempat penyulingan minyak mentah membuat hubungan Tanjung-Balikpapan sangat erat.
Pada saat itu jalan darat masih agak susah, harus meniti gunung curam sampai kemiringan lebih 45 derajat dan biasanya dapat ditempuh dalam waktu 8-9 jam. Oleh karena itu jalur udara (Warukin - Sepinggan) lebih diminati, hanya perlu waktu sekitar 1 jam penerbangan.

Di penghujung Ramadhan kira-kira H-2 banyak karyawan/wati perusahaan yang hendak mudik ke Balikpapan,
Pada saat itu dengan jumlah penumpang yang begitu banyak aku mengontak Balikpapan agar dapat menyiapkan 3 flight dengan pesawat Cassa-212, namun meraka hanya bisa menyediakan 2 buah Cassa-212 dan 1 Skyvan.
Cassa-212 dapat dimuati penumpang sebanyak 15-18 orang dan Skyvan hanya 12 orang saja.

Flight pertama dan kedua adalah Skyvan dan Cassa, berarti masih ada satu flight terakhir dengan menggunakan Cassa, namun aku melihat sekitar airport dan passenger list masih ada puluhan penumpang yang belum terangkut, aku berusaha ngontak Balikpapan untuk dapat menambah 1 flight lagi, namun tetap saja tidak ada respon dengan alasan semua armada harus menjemput karyawan yang ada di Sangatta, Tarakan dan Bunyu...

Checking lagi passenger list ternyata 25 orang lebih belum terangkut sedangkan seat yang tersedia maksimal 18 penumpang,
Semua petugas bandara dikumpulkan dan briefing untuk mencari solusi, beragam pendapat dilontarkan untuk keselamatan penerbangan, akhirnya yang duluan terdaftar dialah yang bisa berangkat, namun hasilnya tidak diterima karena sebagian penumpang harus terpisah-pisah, ada yang suaminya daftar belakangan, ada juga anaknya terpaksa tinggal...
Mengingat karyawan/wati ini juga sebagian staf di perusahaan mau tidak mau harus kami layani pula...

Tidak lama Cassa mendarat, aku langsung menghampiri captain Pilot, namanya Aviandono (alm) dan menceritakan permasalahan yang terjadi.
"Sebentar pak saya ke kokpit dulu" , Capt. Aviandono menemui rekannya di Cockpit dan dari kejauhan ku amati dia dan co-pilot terlihat berdebat panjang namun akhirnya Captain Aviandono keluar dengan muka serius dan menyampaikan bahwa :
"Penumpang semua bisa diangkut namun bagasi mereka yang seperlunya saja kalo perlu hanya keperluan sehari-hari saja"

Akhirnya pihak Pasasi menemui semua penumpang dan diadakan briefing, mereka pun rela tidak membawa bagasi asal bisa kumpul keluarga lebaran nanti...

Sebelum Take off...
Captain melakkan preflight check dan yang aku salutkan dari Captain Aviandono sebelum memberi sinyal penumpang boleh masuk ke pesawat terlebih dahulu dia meminta co-pilot memasang brake lalu memintanya menghidupkan kedua engine dengan full thortle kurang lebih 15-20 menit, ternyata tindakan ini diambil untuk mengurangi beban bahan bakar terhadap pesawat yang diperkirakan sisanya masih dapat menerbangkan Cassa sampai ke Sepinggan Balikpapan.


Yang terasa lucu adalah ketika semua penumpang masuk tempat duduk hanya ada 18an kursi sedangkan penumpang 25 lebih,
Sebenarnya pesawat Cassa ini mirip seperti mobil Colt minibus biasa juga disebut Aviocar (Aviation Car / mobil terbang / taksi terbang) dengan kapasitas 18 orang, harus diisi 25 orang, Anda bisa bayangkan sendiri...
padahal yang pantas mengangkut penumpang sebanyak ini adalah pesawat jenis Fokker 27 dengan muatan hingga 30 penumpang,
Konon menurut petugas loading, penumpang berdesakan di dalam ada yang dipangku, duduk berbagi dengan Flight Enginer, di gang, bahkan ada yang berdiri termasuk pramugaranya (kasihan)...

Penerbangan ini benar-benar gambler...
Spekulasi antara kepentingan keselamatan dengan kepentingan penumpang...
Jika salah satu penumpang komplain maka pihak pengelola di bandara akan ditegur keras, terlebih aku yang memegang otoritas bisa-bisa semua kualifikasiku dalam bidang penerbangan dicabut Menteri Perhubungan...

Setelah Take off
Alhamdulillah pesawat take off lancar-lancar saja tidak ada gangguan, kami semua merasa was-was dan tidak ada satu pun petugas yang mau pulang sebelum mendapat informasi pesawat ini sudah landing di Sepinggan...
Aku selalu mengontak pesawat dari radio komunikasi dengan Capt. Aviandono (alm), untuk memastikan penerbangan mereka aman-aman saja...
Capt. Aviandono (alm) merupakan salah satu dari sederetan penerbang senior yang lalu lalang di Kalimantan, dia dikontrak oleh perusahaan untuk menerbangkan pesawat Cassa.
Dia meninggal akibat kecelakaan pesawat yang diterbangkannya mengalami engine error dan nyungsep ke sungai di daerah Sumatera, sungguh pahit bagi kami, itulah salah satu kenangan kami dengan sang elang...

Landing
Semenjak Capt. Aviandono meminta leaving aerodorme kami sudah kehilangan kontak dengan pesawat, tapi masih ada radio SSB yang dapat kontak ke Control Balikpapan.
Alhamdulillah lagi Cassa dapat mendarat mulus di Sepinggan, aku tidak dapat membayangkan seandainya pendaratan mereka gagal, biasanya jika pesawat overload akan susah dikendalikan, bisa saja akan terjadi overshoot dan kondisi Sepinggan Airport adalah di pinggir laut. apa jadinya jika di Sepinggan sedang hujan lebat dan landasan basah dapat mengakibatkan aqua planning selanjutnya overshoot dan pesawat kehabisan landasan dimana pesawat juga sudah kehilangan daya lift dan pilot tidak memiliki kesempatan menambah tenaga...??? Jawabnya sudah tentu nyemplung ke laut...

Petugas ground handling yang melayani terbelalak sambil geleng-geleng melihat dengan deretan penumpang yang keluar dari pesawat banyak sekali,
"Wah ini mah Fokker-27 yang mendarat....!"

Fache

Jumat, 04 Juli 2008

Warukin Feet 197 & 666 flight (triple six flight)

Bandara kelas C dengan panjang kurang lebih 800 meter hanya bisa didarati pesawat jenis Casa Aviocar C-212 dan sejenisnya. Gampang terlihat ketika kita melintasi jalan trans Kalimantan, Banjarmasin-Tanjung-Balikpapan,
Warukin tempat aku bermain semenjak kecil...
mencari buah Karamunting, buah yang dihasilkan oleh tanaman perdu yang tersebar di sekitar bandara, rasa agak asam dan juga kadang terasa sepet...
atau berburu burung Punai, terasa lezat kalo digoreng dengan bumbu bikinan ibu...

Di ujung Runway 24 atau 06, garis-garis hitam tak beraturan dari rubber deposit yang mewarnai aspal hotmix landasan pacu mengingatkan ku pada masa-masa genting menunggu pesawat untuk mendarat di bawah bimbingan controll ATC-ku...
Dimana bandara masih dalam otoritasku...
sekarang sudah lama aku tidak bersamamu, apakah kau masih cantik dengan senyummu setiap menyambut tamu yang datang di pekaranganmu...??

Aku rindu , bersamamu Feet 197 (Warukin WRBN)
http://www.world-airport-codes.com/indonesia/tanjung-warukin-9117.html


666 (baca : Triple Six) adalah kode panggilan untuk sebuah pesawat yang sedang terbang menuju Warukin airport (Tanjung), dimana sebelum mendarat awak pesawat berusaha mengontak control di darat untuk keamanan penerbangan...

Seperti biasanya setiap pesawat yang hendak menuju ke suatu bandara, sebelumnya awak pesawat / crew mesti melakukan kontak komunikasi terlebih dahulu, bisa saja diawali dengan request weather info mengenai tentang prakiraan cuaca mengenai keadaan awan, ketinggian awan, kecepatan dan arah angin, serta suhu udara di sekitar bandara atau pemberitahuan posisi keberadaan pesawat ...

Dalam keheningan siang aku menunggu 666 ditemani beberapa rekan kerja di control ATC,
10 menit berlalu dari percakapan terakhir dengan awak pesawat dimana mereka sudah bersiap-siap untuk approach, namun 666 tidak melakukan kontak lagi untuk priority landing yaitu permintaan utama pendaratan, dan selama itu pula 666 pun tidak kelihatan sama sekali...
dalam hati aku bergumam "wah GAWAT" , keadaan ini lah yang membuat spot jantung menjadi berdegup cepat, keringat dingin mulai terasa mengalir, kecemasan ku tergambar pula di muka ke dua rekan di samping ku...
Aku mengontak personal darat untuk mengawasi di ujung Runway 06 dan salah satu rekan di ATC dengan sigap mengambil binokuler dari menara pengawas mencari titik hitam disela-sela gumpalan awan putih dan birunya langit yang menandakan bahwa itu 666...
Jawaban mereka pun sama " Negative Captain "

Aku pun mengambil mikropon dan menekan PTT berusaha mengontak ulang 666, beberapa kali panggilan tetap tidak dijawab juga, aku belum bisa mengambil keputusan apakah sudah dalam keadaan emergency, aku hanya bisa berusaha untuk tidak panik begitu juga rekan disampingku...

Akhirnya suara kemerosok memecah keheningan ATC dari 666 terdengar
"666 five minute landing...."
aku pun dapat bernafas lega, wah ada apa gerangan ???, dua rekanku geleng-gelang sambil menyumpah-nyumpah namun pucat di muka mereka memudar sedikit demi sedikit...

Tugas ATC membimbing pesawat untuk mendarat tidaklah mudah, semenjak mereka memasuki aerodrome bandara, tanggung jawab keselamatan penerbangan ada di tangan ATC, ATC berhak menolak / mengijikan pesawat mendarat ataupun take off, dalam keadaan seperti ini saat aku bertugas maka 1/2 badanku sudah masuk penjara untuk mempertanggung jawabkan keselamatan penumpang, keselamatan barang, keselamatan awak pesawat yang jelas keselamatan penerbangan . . .

Tidak lama kemudian flashlight dari badan pesawat terlihat berkedip, dan kami mengawasi terus apakah ada sesuatu yang error pada 666. Propeler normal berputar, tidak ada asap hitam di engine, landing gear lengkap dalam hati kami bertanya-tanya seakan mengingatkan lagu Peter Pan "ada apa dengan mu???"

666 mendarat, taxi dan parkir di apron aku pun lari menuju pesawat untuk memastikan keadaan, dan semuanya memang terlihat normal-normal saja...
Captain Pilot dan Pilotnya menghampiri ku dan mengucapkan maaf
" Maaf kami tidak menjawab radio call Anda dan tidak meminta izin terlebih dahulu , kami sedang membawa penumpang VIP dari Komisi V DPR RI, padahal kami tadi sudah prepare landing tapi mereka ingin melihat-lihat dulu lokasi tambang minyak, Batu bara dan aliran sungai, makanya approach kami lama banget..."

Ha...ha....ha.... tawa ku pun meledak...!!!


Fache

Senin, 09 Juni 2008

Orang sukses di sekelilingku

Kunci Sukses

Sesuatu yang diharapkan oleh kita sebagai umat manusia tentunya adalah tidak lain kesuksesan di segala bidang yang kita tekuni. Baik itu kesuksesan selama kita hidup di dunia maupun sukses (keselamatan) di akhirat atas ikhtiar kita selama in. Namun apakah syarat-syarat menuju kesuksesan tersebut sudah kita penuhi…??
Base on true story kata orang bule bilang, sesuai dengan observasi sehari-hari maka gue mendeskripsikan beberapa tokoh dan rekan-rekan yang bisa dikatakan sukses.

1. Siapapun kenal dengan tokoh nasional ini, mantan Presiden Republik Indonesia ke-3, dikenal dengan bapak pembangunan IPTEK dengan prakarsanya membangun IPTN sekarang PT.DI, Prof. B.J. Habibie Eng.
Kesuksesan beliau dapat diraih dengan usaha beliau atas seimbangnya antara urusan dunia dan akhirat, untuk urusan agama beliau tidak main-main. Setiap malam Tahajjud dan baca al Quran adalah menu sehari-hari, dekat dengan al Quran adalah kuncinya. Kebiasaan beliau adalah membaca al Quran di waktu senggang dan kitab ini selalu menemani beliau kemana pun beliau pergi.
Sayang bangsa Indonesia tidak dapat menghargai secara penuh atas jerih payahnya dan suatu yang ganjil justru Jerman bersedia merekrut beliau. Mungkin itu cobaan yang harus beliau hadapi.
“Doa saya bersama mu pak, bapak adalah panutan saya…”

2. Ika Yuniar Wulandari (cerita lengkap di-blog sebelumnya), ibadah yang terjaga baik wajib maupun sunat, al Quran juga merupakan menu sehari-hari, terutama setelah magrib sambil mengajari anak-anak kecil baik adik-adiknya, sepupu bahkan anak tetangga sekitar. Maka sesuai janji Allah SWT untuk meninggikan derajat bagi barang siapa yang mengimani al Quran.
Atas kerja kerasnya akhirnya Ika mendapatkan beasiswa untuk belajar di Jerman, dan kalau saya tidak salah dia bekerja sama dengan keduataan besar Departemen Luar Negeri. Terakhir kontak (akhir Juni 2008) Ika berpamitan untuk berangkat ke Sydney melanjutkan study S2nya..!!!

3. Arqom, lulusan pesantren waktu di sekolah menengah prestasinya bisa dibanggakan. Dapat mewakili daerah untuk ikut kompetisi keahlian (Skill Competition) di Bandung bidang yang dilombakan adalah Technical Support untuk PC. Sedangkan dia saat itu siswa SMK yang jurusannya Netwok Akses yang sudah pasti bertolak belakang 180 derajat dari keahlian yang ia dapat di bangku sekolah, atas minat dan bakat serta kedekatannya dengan al Quran pula ia bisa berhasil menggondol piala, dan sekarang sudah menjadi pegawai tetap di instansi daerah tepatnya PDAM sebagai Tech Supp.

4. M. Hendra Saputra, sering dicemooh oleh teman-teman di kelas. Namun kegigihan untuk mencari beasiswa akhirnya ia bisa ikut belajar di VEDC, sebagai tambahan ilmu yang nantinya jika ia lulus ia bisa bergabung dengan sekolah kejuruan yang mengirimnya. Sekali lagi atas kegigihan dan kedekatannya dengan Allah SWT maka ia berusaha untuk mencari beasiswa ke luar negeri, kebetulan ada program pertukaran mahasiswa dan dosen hingga akhirnya ia terpilih untuk mewakili mahasiswa. Lumayan untuk belajar setahun di negeri orang hitung-hitung nambah wawasan, untungnya tidak ada biaya pendidikan dan perumahan yang dikeluarkan selama disana. Sekarang Hendra sedang belajar praktek industri di Avira Gmbh perusahaan anti virus yang terkenal itu loh…

5. Ditto, seseorang yang gigih prestasi di sekolah tidak begitu menonjol namun pendidikan agama yang dianggapnya kurang di kelas mengantarkannya untuk mempelajari agama secara lebih giat lagi di luar lingkungan sekolah. Yang interes dari diri Ditto adalah perlakuannya terhadap kita al Quran yang selalu di bawanya dalam perjalanan ke Semarang untuk mengikuti suatu kegiatan. Selama perjalanan itu Ditto memeluk al Quran dan dikala bosan perjalanan panjang sesekali dibukanya lembaran kitab tersebut. Disaat kami beristirahat di hotel dan sambil mempersiapkan materi untuk lomba besok justru Ditto santai-santai aja dan enjoy dengan kitabnya. Alhamdulillah hasilnya memuaskan.
Dengan usaha gigihnya Ditto sekarang sudah bekerja di Bea Cukai Soekarno-Hatta Cengkareng.

6. Imam Thoifur seorang penerbang mampu menerbangkan pesawat tempur bangsa ini yang tentunya memerlukan perjuangan keras untuk bisa duduk di cockpit pesawat Hawk 100/200, kesehariannya yang selalu mengamati angkasa hingga akhirnya ia mendapatkan titik cerah atas kekuasaan Allah SWT atas ciptaanNya di alam semesta ini, atas segala kehendakNya atas kejadian-kejadian selama ia mengendalikan pesawat tempur, hal ini mengakibatkan lahirnya kedekatan dengan sang khaliq. Pangkat terakhir sebagai pamen yang akhirnya melanjutkan karirnya di sipil dengan membawa pesawat komersil.
Betapa dekatnya bang Imam dengan yang kuasa sehingga setiap saat start engine dan di saat genting take off dikala pesawat sudah airborne roda-roda pesawat sudah tidak menyentuh tanah sekali lagi do’a kepada sang pemilik bumi dan langit beserta isinya diucapkan, yang menyatakan bahwa tidak ada manusia manapun dapat menerbangkan sesuatu di muka bumi ini walau itu sehelai sayap nyamuk pun tanpa izinNya.
Subhanaladzi sacharolana haadza wamaa kunna lahul mukrinin..wainna ilaa robbina lamunqolibuun..
Ya ALLAH, sesungguhnya hanya kuasaMU lah aku dpt menerbangkan benda ciptaanMu ini..karena kekuatan manusia tdk lebih dari sebilah sayap nyamuk belaka

7. Pak Zainal, guru saya waktu SMA dulu, beliau adalah guru / pengajar yang kompleks, beliau mengajar saya ilmu Fisika namun tidak ketinggalan dengan hukum-hukum rumus kimia serta hitungan matematis yang angkanya hidup di lingkungan trigonometri, selain itu beliau memaparkan ilmu tesebut dalam 3 bahasa Indonesia, Inggris dan Arab.
Bukannya beliau menyombongkan diri akan tetapi itulah yang beliau create untuk sebuah image SMU Unggulan, keunggulan apa yang akan kami bawa ke masyarakat nanti hingga akhirnya metode beliau memicu kami untuk belajar menggunakan banyak literatur khususnya bahasa dan tidak menutup kemungkinan ilmu fisika kami diambil dari General Physics terbitan luar.
Hubungan yang kental dengan ibadah kepada Allah SWT ditambah pemahaman bahasa Arab yang beliau kuasai dapat mengantarkan beliau untuk belajar ke England dua kali dan mendapatkan gelar master beliau disana.

8. Pak Darma, sosok sederhana jebolan IAIN yang mengimplementasikan ilmunya di kehidupan sehari-hari sebagai pengajar di beberapa sekolah menengah. Dulunya ia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Hingga akhirnya Allah menjawab segala keimanannya untuk menyempurnakan ibadahnya hingga ia sekarang menjadi jutawan dengan asset di berbagai bidang. Sebagai teman bisa diajak untuk ngobrol, sebagai pengusaha yang bisa mengembangkan usah-usaha kecil dan dapat menampung tenaga kerja, sebagai ustadz yang dapat mengimami ibadah kami sekaligus sebagai konsultan hati.
Suatu saat kami mendapat tugas ke Kalimantan Timur dan saya mengamati kegiatan beliau sehari-hari, sholat sangatlah utama dan al Qur’an tetap menjadi menu setiap hari pula. Sepanjang perjalanan tentunya dzikir pun tidak lepas dari mulut beliau, apalagi ketika di medan yang sangat rawan. Mulanya saya ragu mengemudikan mobil namun dengan meniru beliau berdzikir akhirnya perjalanan kami selamat sampai tujuan, alhamdulillah.
Walau dalam perjalanan dan tugas setiap tengah malam beliau bangun untuk tahajjud, hingga kini cara beliau saya tiru bangun dikala waktu subuh belum tiba dan mendirikan shalat dua rakaat. Thanks a lot pak Darma buat wisata hatinya.

9. Pak Mahdi, psikolog yang pernah punya kerjaan mengiringi jemaah haji Indonesia ke tanah suci, selama 5 tahun beliau mukim di sana tentunya tidak sedikit pula ilmu agama yang sudah beliau teguk, terlebih dengan emahaman tentang al Quran. Jika ada waktu luang kami sering ngobrol sekalian konsultasi, yang bikin enak itu lantaran siraman konsul dibarengi dengan siraman rohani yang dipetik dari al Quran dan hadist, sehingga hati ini tenang dan tenteram. Salut buat beliau dalam penanganan siswa dengan system character building, apalagi terhadap siswa-siswa yang bermasalah, namun kurangnya dukungan yang membuat kinerja beliau masih belum terlihat maksimal. Tenang pak, saya akan dukung usaha bapak.

Inilah beberapa contoh orang-orang sukses, kesuksesan yang dibarengi dengan ikhtiar dan pendekatan ilmu agama. Intinya dekatkan diri dengan al Quran untuk menyempurnakan ibadah kita agar hablum minallah dan hablum minannas dapat berjalan secara selaras, seimbang baik dunia maupun akhirat.


wassalam