Minggu, 20 Juli 2008

Dulunya pramugara

Cassa
Cassa 212 buatan Italia, namun atas berkembangnya SDM Indonesia yang haus akan teknologi modern akhirnya pembuatan Cassa bisa dilaksanakan di Indonesia dengan lisensi pada saat itu IPTN (sekarang PT. DI), bentuknya sedang dapat beroperasi pada landasan perintis dengan panjang minimum 800 meter, mampu membawa muatan sekitar 15 orang dan mengangkut beban hingga 2 ton,
diawaki oleh 4 orang yang terdiri Captain Pilot, Co-Pilot, Flight Engineer (FE) dan Pramugara, terkadang FE juga merangkap pramugara.

Pramugarinya mana???
Ada aja tapi untuk pesawat ini masih tidak diperlukan toh yang dibawa orang biasa saja, kecuali muatannya itu VIP seperti (komisi V DPR-RI, Menteri Pemerintahan, de-el-el)...

Dulunya Pramugara...
Seperti hal biasanya menunggu di ATC dan berkomunikasi dengan awak pesawat, kudengarkan logat Co-Pilot yang mengontak terasa tidak asing bagiku...
Setelah request for landing dan pesawatnya diparkir di apron, namun sebelumnya dalam komunikasi selama di udara yang lalu dia menyatakan ingin sekali bertemu denganku,
Pilot : "Im very eager to see you on the ground, Sir, Thank You..!"
aku : "It's pleasure for me, happy landing, Captain". aku pun membalas komunikasi itu. Aku pikir disinilah hubungan baik antara awak pesawat dengan ATC jadi aku merasa biasa saja.

Tamu baru, kupikir !, kenapa gerangan dia ingin ketemu denganku? Dengan semangat kudatangi dia di apron.
sambil berjalan menuju pesawat kulihat seorang pilot keluar dari pesawat dan sambil melihatku sambil terseyum, aku belum bisa mengenalinya dengan tampilan kaca mata gelap dan menggunakan topi, siapakah dia???

Sambil menyalami aku dan tertawa kecil
"Jangan pangling ini saya Rinto, dulukan saya pernah RON dan menginap di rumah situ"
Masih dalam keadaan bingung, "Rinto mana yah?, Sumpah Gue lupa nih".
Dia pun melepaskan kaca mata dan akhirnya aku baru mengingat dan mengenalinya...
Sesuatu yang miracle, Rinto memang dulu pernah menginap di rumahku pada saat membawa tamu perusahaan dan pesawat harus RON (Rest Over Night) istilah pesawat untuk bermalam, namun pada saat beberapa tahun yang lalu itu dia hanya Pramugara tapi sekarang Rinto sebagai awak pesawat yang mengenakan dasi dan ada 3 strip / band di pundak kanan dan kirinya berwarna kuning, sekarang dia co-pilot, bukan pramugara lagi!
Alangkah senangnya melihat kesuksesan seorang pramugara meniti karir menjadi penerbang.

Kami banyak bercerita panjang lebar di waktu yang sangat sempit sambil menunggu bongkar muat barang di bagasi, Pantas saja sekitar beberapa tahun belakangan ini dia jarang kelihatan ternyata dia menempuh pendidikan penerbang, Rinto menceritakan perjalanan karirnya,
"Saya menghabiskan biaya 400 juta rupiah untuk jadi penerbang",
400 juta rupiah dikumpulkan dari honornya menjadi pramugara hingga akhirnya bisa meraih predikat Co-Pilot, 400 juta tidaklah murah pada saat itu dimana harga 25 rupiah masih berarti dan masih bisa digunakan untuk membeli 2 biji permen...!!

Rinto akhirnya tidak lama bekerja di perusahaan, setelah mendapat Rating Captain dia mendapat tawaran untuk menerbangkan pesawat berbadan lebar untuk rute domestik dan dengan gajih yang menjanjikan pula tentunya!

Fache

Tidak ada komentar: