Minggu, 13 Juli 2008

Tradisi musim buah...

Duren Tanjung
Suatu kebiasaan ku selama musim buah di bandara adalah menyambut para pilot untuk mencicipi buah-buahan khas Kalimantan utamanya daerah Tanjung, maklum daerah ini terkenal dengan buah Langsat (Duku) Tanjung, Durian, Rambutan, dan masih banyak buah-buah hutan yang mungkin tidak akan pernah mereka temui di supermarket seperti Pitanak, Tarap, Layung, Pepaken, Binturung de-el-el. Tapi para penerbang itu lebih suka jika kubawakan Duren dan Madu.

Terkadang sebelum take off dari Sepinggan mereka mengontak-ku untuk menyiapkan pesanan mereka. Aku bahkan pernah membeli Duren hampir satu mobil pick up untuk mereka bawa pulang entah mau dibagi-bagi dengan rekan atau malah gelar tiker di pasar rakyat untuk jualan....!!!

Tapi memang diakui Duren Tanjung lain dari pada yang lain, baunya yang khas menyengat dan rasanya yang dahsyat membuat mereka ketagihan, tapi awassss... kalo tidak tahan akan jadi kewalahan, terutama yang punya penyakit jantung, darah tinggi dan stroke...

Setelah mendarat mereka menemuiku di ruangan dan sudah jelas hidangan buah durian siap santap di meja, mereka pun makan dengan lahapnya malah mau minta lagi, tapi aku tetap mengontrol nafsu mereka, karena tugas mereka masih berat yaitu membawa Cassa kembali ke Balikpapan...
"Wah perutku dah panassss. Apa ga mabuk nih kalo kebanyakan" ucap seorang pilot,
Sebenarnya mabuk akibat makan Duren bisa dinetralisir dengan meminum air teh dari kulit Duren itu sendiri, dan mereka pun menurutinya...
Alhamdulillah tidak apa-apa!

Meminum teh dari kulit durian ini suatu rutinitas wajib bagi penerbang yang hendak terbang sehabis melahap duren, karena pernah kejadian bau duren yang begitu menyengat terkurung di dalam pesawat selama penerbangan, tentu saja bagi yang mencium bau ini akan merasa tidak enak (mabuk), sekarang bayangkan apa jadinya jika pilot yang bertugas menerbangkan pesawat mengalami mabuk Duren...
Sehingga tidak salah beberapa pilot terkadang mesti mengecek pasti isi bagasi pesawat mereka satu persatu ...ha...ha...ha...

M a d u
Selain Duren para penerbang yang kerap menerbangi jalur Balikpapan-Tanjung mereka juga sering mencari madu, biasanya aku berkeliling kampung mengumpulkan sejumlah madu dan kukemas di jerigen 2 literan. Pernah juga para pilot ini memintaku untuk mencarikan madu sebanyak 80 liter tentunya tidak sedikit waktu mengumpulkan madu sebanyak itu selain itu pula modal yang diperlukan tentunya tidak sedikit.
Mulai dari sinilah para pencari madu selalu mendatangi kantor atau rumahku untuk menawarkan madunya, terkadang mereka hanya memintaku untuk dapat membeli beras, masya allah jeritku dalam hati, dengan tasa kasihan kubeli madu mereka dan kupasarkan melalui polit ke Balikpapan, lumayan alhamduliiah hasilnya dapat dinikmati, sampai akhirnya sama halnya dengan bandara-bandara di Surabaya, Jakarta dan lainnya banyak menjajakan oleh-oleh untuk dibawa pulang, di bandaraku pun aku tidak mau kalah langkah, kususun madu dengan berbagai kemasan botol di etalase. Yah hitung-hitung nambahin uang kesejahteraan karyawan bandara...

Namun kualitas madu tanjung sekarang tidak lagi begitu bagus dikarenakan hutan-hutan tempat populasi lebah madu kebanyakan dibabat oknum yang tidak bertanggung jawab, walau pun sekarang masih ada penjual madu kualitas tinggi tentunya dengan harga yang tinggi pula,,,

Tarap Hidup Tinggi
Di daerah Tanjung Tarap Hidup Tinggi sekali, eiiit jangan salah asumsi...!
Tarap adalah semacam buah hutan yang ordonya sekelas nangka, dan cempedak tapi warnanya isinya putih dan bijinya kecil. Buah tidak banyak peminatnya karena perlu ketermapilan khusus dalam mengupas daging buahnya yang kecil perlu kesabaran teliti ha...ha...ha...

Sebagian orang memakannya hanya dengan di-emut saja dan dibuang, padahal bijinya enak kalo digoreng, oleh karena susahnya itu terkadang buah Tarap dipetik tidak dalam keadaan masak, untuk dijadikan "Wadi Tarap" / "Mandai Tarap" wah untuk yang satu ini lauk yang lain dari pada yang lain...bahkan mampu menggeser lauk daging da nsambal goreng hati yang sudah tersedia di meja makan.

Aku tidak begitu suka dengan Tarap tapi terkadang perasaan penasaran untuk mengambil selaput daging buahnya ini yang membuatku tidak beranjak dari hadapannya...
Apalagi kalo makannya sambil nonton tv kadang aku baru sadar kalo aku sudah habis 3 biji (wah rakusnya...) padahal maksudku untuk menghabiskan buah ini adalah dari pada busuk mending kubusikin di perutku saja hihih...hihiih..., melihat kelakuanku ini, pikir ayahku aku senang dengan buah Tarap ini, akhirnya besok beliau membelikan beberapa biji lagi ....(ya ampuuuunnnn)

Bijinya tidak disia-siakan oleh ayah, dengan cara sangrai maka jadilah kacang Tarap yang rendah kolesterol dan bebas asam urat...

Yang membuatku lucu adalah kacang biji Tarap ini karena saking banyaknya di rumah, ayah memawanya ke kantor dan ternyata laris manis sampai-sampai pejabat tinggi atasan ayah menyantapnya....hi..hi..hi...
Ayah hanya tersenyum kecut, seandainya mereka tahu, padahal semua bijinya itu hasil kerja kerasku nge-mut......ha...ha....a..ha.ha.h..

Fache

Tidak ada komentar: