Jumat, 20 Maret 2009

Mindahin Capung-03,04 & 07

Acara bersih-bersih udah jadi kegiatan rutin tiap bulannya, semua air unit dipindahin ke apron dua yang lebih besar.
Tapi pas sorenya personil pada kabur tinggal para mekanik saja standby, Puma ama Bell, kan gede didorong orang 4 juga g bakalan gerak mana ada 3 unit yang harus dipindahin selain itu jarak hangar ke apron bias dibilang ratusan meter.
Terpaksa minta para mekanik pre-flight cek, mending diangkat sama baling-baling dari pada didorong….he…he…he…

Lapor ama komandan jaga dan diperbolehkan apa boleh buat nomor capung nomor ekor 03, 04 dan 07 kita terbangkan, sorry g nyombong nih cuman mindahin dari apron ke depan hangar aja…hi…hi…hi…

“Base tower, Capung-03 requesting hovers and taxi to eastern hangar, thankyou”
“Roger that, Capung-03 U clear for hover and taxi”

Tambah power ama kolektif hover sekitar 1-2 m aja yang diizinkan, injak pedal kanan angka-angka digital di kokpit bergerak menyesuaikan posisi hingga akhirnya nose miring ke timur, geser tuas-stick ke depan lanjutkan crossing 5-10 menit dan sampai juga di depan hangar, landing skid touch down dan selesai-lah tugas pertama begitu juga dilanjutkan moving Capung-04 tidak ada perbedaan yang berarti.

Tinggal satu lagi nih, mekanik sudah teriak-teriak di HT yang notabene-nya stand by duluan di Capung-07, he…he…sabar dikit napa..!!!

Izin ke tower ternyata diminta holding soalna ada Garuda mo taxi motong lintasan kita, akan tetapi suara si cantik dari operator ATC membolehkan kita moving ke barat dan muterin runway.
“Capung-07 requesting ‘again’ hovers and taxi to eastern hangar, please deh…”
“Holding in a minute, Garuda taxiing on ur line, U can take western one, thankyou”
“Copies-one, Capung-07 taking the western line and request to continue make around, just walk in the park, honey”
“eeee……Western clear U can climb to 1.000”

Yuhuuuuui black flight nih, seandainya diitung kan lumayan nambahin jam terbang di log book walaupun cuman 20 menit-an he…he…he…
Sampai di ujung runway muter ke kiri di ketinggian beberapa puluh feet mata tertuju ke stasiun radar di depan, ternyata ada instalasi radar baru. Dan yang bikin aneh adalah orang yang nginstal koq sepertinya tinggi sekali.
Perlahan merambat dan memperhatikan orang yang nginstal tadi dan benar aja ternyata yang nginstal perangkat itu wong bule langsung didatangkan dari Cekoslovakia sono….weleh…weleh…emang orang kita pada g bisa masang gituan apa..??

Lagi asyiek menikmati flight teknisi yang duduk di samping lewat intercome ngomong “Pak argonya g dinyalakan…?” sambil nunju-nunjuk insturmen di kokpit, kurang ajar nih teknisi emang gue sopir taksi apa…??

Sempat jantung copot juga di radio terdengar
“Capung-07 U order to land immediately, Capung-07 U order to land immediately..!”
wah bakalan berabe nih komandan tau kita jalan-jalan. Tanpa pikir panjang langsung maneuver menuju hangar dan touch down. Sambil cutt-off engine dan merapikan helm mata sambil lirik kiri, lirik kanan mencari posisi komandan ada di mana?

Tapi herannya justru ground teknisi yang menghampiri pada cengar-cengir, ada yang g berezzz nih, dan bener aja salah seorang dari mereka bawa HT operasional dan nyelutuk “loh koq langsung balik ke sarang, bukannya tadi masih setengah putaran lagi” duampuuuut gue dikerjain teknisi…!!!

si bule Ceko keliatan secuil


capung

capung inside shelter

preparation

Sabtu, 10 Januari 2009

Test Flight


Jadi inget cerita" lama, sekitar 10 tahun yang lalu, saat aku dengan rekan letching (Capt. Mirwan dan Capt. Tri) mendapat tugas pendalaman Bidang Teknik, saat itu kami mendapatkan materi teknik mesin pesawat, baik propeller engine, turboprof engine dan turbo fan bahkan sekarang ditambah dengan turbo shaft wah….pusiiing..

Kami sempat melakukan maintenance ringan suatu pesawat yang cukup berumur tapi masih laik terbang, jenisnya BN-2A Islander milik suatu maskapai dan menjalani masa perawatan di hanggar DAS Syamsudin Noor. Sehubungan dengan tugas kami maka kami menjalaninya dengan tekun.

Islander biasa digunakan untuk melayani rute-rute pendek penerbangan ke daerah pedalaman yang tidak memerlukan landasan begitu panjang bahkan air strip pun islander bisa mendarat.

Hari itu kami diminta melakukan ganti oli dan selanjutnya pre-flight check. Karena pesawat harus menjalani uji terbang. Kami bertiga membagi tugas masing" dan melakukan checking untuk kesiapan pesawat seteliti mungkin. Mulai dari kockpit, avionic, cabin, frame, roda pendarat, elevator all over check. Akhirnya kami kumpulkan status report checking log dan kami bertiga approving log tersebut.

Kami pikir tugas sudah selesai dan pesawat bisa kami serahkan pada team test filght pilot, tapi kami bingung kenapa test pilotnya cuman sendiri saja dengan rating Captain tidak ditemani seorang co-pilot?. Kami menyerahkan log kepada sang Captain dan sambil mencermati laporan lumayan lama sambil mengernyitkan dahi, lalu sang Captain sambil melirik kami "Saya mau coba pesawat ini tapi saya tidak mau mati sendirian…" artinya sang Captain minta ditemani terbang…

Tri sempat garuk-garuk kepala, "Kacau dah…kitakan cuma ganti oli masa harus bertanggung jawab??? Seharusnya teknisi tuh yang kemarin bongkar mesinnya…" Aku hanya senyum saja, padahal perasaan ketar-ketir juga…jangan" sang Captain meragukan approv kami, tapi yang namanya tugas mau tidak mau terpaksa….ikuuuuuuut.


ilustrasi jenis pesawat Britten Norman (BN-2a)

Semacam uji nyali, bukan hanya kami berempat Captain saja, tetapi seorang teknisi pun akhirnya diajak ikut test flight. Sebelum semuanya dimulai sang Captain memimpin kami untuk berdoa, dengan nada nyaring doa sang Captain menyayat hati, seolah-olah itulah penerbangan kami yang terakhir dan kemungkinan besar tidak kembali….keder juga nih, tangan jadi dingin jantung berdegup tidak bernada….
Mirwan duduk di cockpit menemani sang Captain sedangkan kami di belakang, awalnya baik" saja, radio check, taxi dan take off semuanya mulus…Pada saat itu Captain masih memutar" di sekitar bandara Syamsudin Noor (holding area) aku pun lega ternyata aman" saja.
"Everything clear capt?" tanya Mirwan,
"Not bad…but we still have some test yet….if U refuse U can jump out now" ha….ha….ha….semua pada tertawa. "Mau lihat kota Banjarmasin dari atas" tawaran dari Captain…kami pun tidak menolak.
"…bla…bla…bla…request heading to along Barito river, fly pass Banjarmasin before, thank you!" Wah senangnya sang Captain ngajak kami jalan melintasi sungai Barito.

Di atas Banjarmasin Captain sangat familiar sekali meunjukkan tempat umum dari ketinggian 100-1500 meter. dan akhirnya menuju sungai Barito.

Di atas Sungai Barito bukannya menikmati pemandangan kalimantan selatan yang khas dengan pemukiman sepanjang sungai, malah sang captain meminta beberapa kali kepada kami untuk mengencangkan sabuk pengaman…

Bencana bagi penumpang test flight pun dimulai sesaat setelah sang captain meminta izin ke tower.
"BN-026 requesting test flight manuever, thank you!"
"Negative full pattern, BN-026, clear for manuever"
Awalnya captain hanya memiringkan badan pesawat 30 derajat ke kiri dan ke kanan, terus derajatnya ditambahi yah lumayan mengocok perut lah, manuver ini tidak berhenti, ada kalanya manuver ini secara mendadak dari kiri ke kanan wah puyeeeeng deh.

Merasa lumayan cukup dengan manuever miring dilanjutkan manuver climb dan descend wah lagi-lagi penumpang mendapat tekanan gaya-G grafitasi bumi pokoknya menanjak lalu menukik dan begitu berulang-ulang. Bahkan sang captain disaat climbing pun dia sempat menggoyang-goyangkan badan pesawat k kiri-kanan seakan-akan ada goyangan dari benturan angin, huuuh…sampai menulis blog ini pun saya jadi pusing dan kepengen muntah.

Tapi yang bikin ciut nyali, bukan hanya aku tapi semua penumpang, Mirwan, Tri dan seorang teknisi pucat pasi disaat captain climbing hingga akhirnya stall dimana tenaga mesin pesawat sudah mencapai batas maksimum power atau istilah lain batas gaya lift pesawat, disaat itulah captain mematikan mesin, bukan hanya satu tapi keduanya dalam keadaan menghujam bumi dengan kecepatan tinggi captain dengan tenangnya melakukan starting engine dan alhamdulillah mesin nyala, dan dilakukan beberapa kali, allahu akbar zikirku memanjang..

Test flight ini sungguh luar biasa, mulai dari senang diajak muter", hingga dibikin mual, ampe akhirnya kita bisa inget lagi ama Tuhan YME disaaat mendebarkan mesin tidak mau starting, ternyata tugas test pilot itu sangat lah di ujung tanduk, seandainya teknisinya tidak memiliki sertifikasi dan barangkali melakukan sabotage maka tamatlah riwayat sang captain…

Sesaat setelah mendarat, membuka pintu Capt. Mirwan langsung sujud syukur dan telentang "akhirnya aku mencium bumi" sambil menyumpah-nyumpah "aku g bakalan ikutan lagi…", sedangkan aku hanya bisa merangkak turun dari pesawat kepalaku berat dan terasa pusing, dan Capt. Tri tidak dapat lagi menahan muntah untung saja tidak muntah di dalam jika itu terjadi tentulah captain akan memaki-makinya. Teknisi yang menyertai kami mungkin karena sering dia pun enteng" aja, mungkin persiapannya sudah matang.

Salut buat sang captain, manuver" hebat dia tetap fit, pantas saja untuk jadi penerbang itu sulitnya luar biasa terlebih lagi test pilot. Bukan hanya intelegent tapi jiwa dan raga juga mesti sehat.

Rute penerbangan di atas Sungai Barito memang menjadi tradisi, manuever itupun sudah tradisi penerbang "test pilot" alasannya jika mereka jatuh maka tidak jatuh k perumahan penduduk, melainkan k sungai…weleh…weleh…pikirku jika memang terjadi kecelakaan maka dua hal yang akan dialami mereka pertama sakit karena impact dengan permukaan air yang kedua tenggelam yah mati dua kali doooong….

Bravo for all test pilot, to Mirwan n Tri…!!!
Capt. Fache