Rabu, 23 Juli 2008

Morning activity...

Pagi - pagi sekali aku berangkat ke kantor tanpa menghiraukan dinginnya embun dan gerimis hujan di pagi itu walaupun menusuk ke tulang tak sedikitpun menyurutkan niatku untuk ngantor.

Hari itu sama seperti hari biasanya, setiba di kantor aku langsung menuju café, “Café Wokk”. Cafe yang memiliki nama aneh konon katanya insan penerbangan yang bekerja di sini sering beristirahat di café tersebut, Café diambil dari kata “CAPE” alias letih sedangkan kebetulan disana juga tersedia bevearage berupa kopi yang khas, Wokk diambil dari kata berkerja “Work” dan faktor lain yang menyebabkan kata Wokk digunakan pada café ini dikarenakan sering sekali para penerbang dari Negara Eropa yang singgah menyempatkan untuk menyeruput kopi khas made in Café Wokk dan mereka rata-rata punya brewok. (ha…ha…ha…..sesuatu hal yang lucu…)

Hampir satu bulan belakangan ini aku selalu dapat shift untuk melayani penerbangan pagi. Setiap pagi itulah aku melewatkan sarapan pagiku di café Wokk. Pemandangan yang tak beda pun selalu menjadi teman santap pagiku.

Pak Irwan security bandara selalu sarapan pagi dan mengambil meja dekat pintu sambil memainkan puntung rokok, meja dekat pintu hanya sebagai alasan untuk mudah memonitor ke luar sana padahal sarapan hanya roti isi omelet plus minuman hangat teh atau kopi tapi lima-enam batang rokoknya sudah dihisap…..really perfect aliby.

Lelaki paruh baya dikenal dengan Pak Sudin anggota cleaning service yang selalu mengumbar kata salam dan ucapan selamat pagi yang tulus kepada siapa pun yang dilewatinya, dengan kemurahannya memberikan salam kepada siapapun tak pernah kulihat muka beliau dalam keadaan stress, selalu ceria dan bersinar. Suatu hari pernah sebelum beliau mengucapkan salam kepadaku tapi langsung kujawab “Wa alaikum salam pak Sudin, selamat pagi dan selamat bekerja”, beliaupun langsung tertawa. Mulai dari situ kami sering tegur sapa.

Di sebelah barat nampak Astri anak pelayan café mengenakan seragam sekolah biru putih nampak memainkan pulpen dengan secarik kertas bahkan buku-buku tebal di tangan satunya. Kulihat sikap menunjukkan kecerdasan pada anak ini, nampaknya dia berusaha mengulangi pelajarannya di sekolah karena tidak sempat belajar demi kesibukkannya membantu ibu di café. I wishing succesfull for you…

Sekitar satu minggu yang lalu Astri terlihat dari kejauhan sudah cengengesan berjalan mengarah ke mejaku, meletakan buku pegangannya seperti membanting namun agak sedikit lebih lembut tepat di atas meja ku, Masih dalam keadaan cengengesan

"Om tugas bahasa Inggris-nya susah banget niiih….bantuin bikin transitive caluse dooong” Astri merengek-rengek.

Robert petugas garbarata, tidak pernah lepas dengan koran yang terselip di kantong belakang celana sebelah kanan sedangkan sebelah kirinya terselip dompet yang menyembul dan sebuah sisir mini, dengan karakteristik seperti ini dari kejauhan pun dia sudah bisa dikenali tanpa harus melihat tampangnya terlebih dahulu.

Sugeng seorang dispatch maskapai penerbangan domestik selalu tidak pernah ketinggalan menonton breaking news pagi di televisi dengan gaya yang khas berdiri di koridor sambil menggerakkan tangan ke kiri dan ke kanan seolah-olah senam.

Namun pemandangan pagi ini kulihat agak beda dari biasanya, seseorang agak tua dariku berpakaian agak santai nampaknya penumpang yang hendak berangkat pagi ini. Duduk berseberangan denganku namun agak jauh sekitar beberapa meja, mukanya nampak kusut nampaknya adalah masalah berat yang baru dihadapinya.

Tidak sengaja aku terlalu dalam memperhatikan orang ini dan akhirnya aku tertangkap mata olehnya, langsung kulempar senyum dengan mengganggukkan kepala sambil mengangkat cangkir kopi dan menawarkannya dari jarak jauh. Dia pun tersenyum walaupun terlihat pahit dan kuperhatikan bahasa bibirnya seperti mengucapkan “thank you”.

Tidak lama kemudian datang dua orang berseragam militer satu berpangkat Mayor dan satunya lagi mungkin ajudannya dengan pangkat Letnan menghampiri orang itu. Sang Mayor mendekati dan berbicara seperti membisikkan sesuatu ke telinga orang tadi dan memberikan secarik memo. Entah apa yang mereka bicarakan yang jelas muka orang tadi menjadi memerah sambil menunjuk-nunjuk kertas memo yang tergeletak di atas meja. Lalu dengan muka menyesal dan menunjukkan sikap seperti takut dengan orang tadi, tidak lama kemudian kedua perwira beranjak pergi dengan memberi hormat dulu sebelumnya.

Setidaknya orang yang duduk di seberangku itu adalah seorang “pamen” (Perwira Menengah) di jajaran militer yang sedang bebas tugas bisa juga sedang cuti namun ada sesuatu hal yang tidak dinginkan terjadi dan kita tidak mengetahuinya.

Perasaan ingin tahu ku siapakah sosok ini tidak dapat kulanjutkan, radio HT yang kubawa terdengar berisik menanggil callsign ku "10 November...10 November, tower sight smoke close runway 27 left", yah ada asap di ujung runway...KEBAKARAN.....KEBAKARAN....

2 komentar:

bob sieck mengatakan...

gmn ni kak..
ade2 angkt 10 rencana buat outbond nya jadi gak???

fachrie230 mengatakan...

seharusnya jadi, dan sebaiknya memanfaatkan libur yang beberapa hari kemaren...
nanti deh kita rencanain...
mungkin menjelang 17-an agustus boleh jadi refferensi tuh..